WONOGIRI, AYOSEMARANG.COM — Penanganan sampah di sumber atau rumah tangga menjadi faktor penting penanganan sampah. Pasalnya, volume sampah mayoritas bersumber dari rumah. Oleh karena itu, perubahan perilaku warga dalam penanganan sampah menjadi kunci keberhasilan pengelolaan sampah.
“Kami bekerja di hilir. Sementara sumber sampah ada di hulu atau rumah tangga. Oleh karena itu, perilaku warga menjadi faktor penting penanganan. Perilaku warga dalam pengelolaan sampah akan berkontribusi pada pengurangan volume sampah ke TPA,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Wonogiri, Bahari, di Wonogiri, Kamis 19 Desember 2024.
Bahari menyampaikan hal tersebut dalam Focus Group Discussion (FGD) Identifikasi Kegiatan Komunikasi Perubahan Perilaku Pengelolaan Sampah di Kabupaten Wonogiri. Kegiatan diikuti sanitarian Puskesmas dan penyuluh pertanian serta DLH dan Bapperida. FGD berlangsung atas kerja sama Pemerintah Kabupaten Wonogiri dengan USAID Sustainable Municipal Solid Waste Management and Partnership (SELARAS).
USAID SELARAS merupakan kegiatan lima tahun yang mendukung Indonesia dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan untuk mengurangi polusi plastik laut dengan meningkatkan pengelolaan sampah perkotaan melalui penguatan lembaga publik dan kemitraan sektor swasta.
FGD ini merupakan seri ketiga dari empat seri FGD yang dilakukan Pemkab Wonogiri bersama USAID SELARAS. FGD bertujuan memetakan tantangan dan potensi pengelolaan sampah di Wonogiri dari berbagai aspek. Pihak yang dilibatkan beragam, mulai dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sampai Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
Dikatakan, timbulan sampah di Kabupaten Wonogiri pertahun mencapai 127.166,54 ton per tahun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 50,77% atau 64.564,40 ton per tahun telah terkelola. Sebanyak 49,23% atau 62.602,14 ton per tahun tidak terkelola. Untuk pengurangan sampah di Wonogiri per tahun mencapai 33,34% atau sebanyak 42.397, 95 ton. Sementara penanganan oleh DLH Wonogiri baru mampu melakukannya sebesar 17,43% atau 22.166,45 ton per tahun.
Rumah tangga, sambung Bahari, adalah gerbang pertama pengurangan sampah. Gerbang kedua adalah Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R). Sementara akhirnya akan berada di TPA. Pihaknya berharap timbulan sampah yang masuk ke TPA akan semakin berkurang.
“Volume sampah banyak atau sedikit merupakan potret dari perilaku warga. Pemilahan sampah atau mengelola sampah di rumah harus menjadi pola baru perilaku warga,” tandasnya.
Ditegaskan kembali, sektor sampah bukanlah tanggung jawab satu pihak atau Dinas Lingkungan Hidup saja. Namun harus ditangani secara pentahelix atau kerja bersama semua pihak. Pihaknya mengapresiasi kegiatan yang melibatkan OPD lain seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian. Dinas Kesehatan melalui Sanitarian akan terus memicu perubahan perilaku, sedangkan Dinas Pertanian melalui Penyuluh Pertanian telah melakukan pengolahan sampah organik melalui pembuatan kompos.***