regional

Tantangan Pelaksanaan Program Makanan Bergizi Gratis di Daerah 3T dan Kepulauan

Rabu, 21 Mei 2025 | 17:26 WIB
Kantor Staf Presiden (KSP) meluncurkan uji coba skema tanpa dapur di SD Negeri Nolokerto 01, Kaliwungu. (Dokumen)

KENDAL, AYOSEMARANG.COM - Pemerintah terus mendorong pemerataan akses gizi bagi anak-anak usia sekolah dasar dan menengah melalui Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas sejak awal 2025. 
 
Meski berjalan relatif lancar di banyak wilayah Indonesia, tantangan besar muncul di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), termasuk wilayah kepulauan.

Kendala utama berupa infrastruktur dapur yang minim, distribusi logistik yang tidak stabil, hingga keterbatasan tenaga pengolah makanan. 
 
Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN) dan Kantor Staf Presiden (KSP) meluncurkan uji coba skema tanpa dapur yang dimulai di SD Negeri Nolokerto 01, Kaliwungu, Kabupaten Kendal Rabu 21 Mei 2025.

Uji coba ini melibatkan penyedia makanan siap saji, PT Bisnis Rakyat Indonesia (BRI), yang memproduksi lauk matang di pusat produksi dan mengemasnya secara steril dalam styrofoam. 
 
Begitu tiba di sekolah, makanan tinggal dipanaskan. Sementara nasi dan sayuran tetap dipasok secara lokal menyesuaikan potensi wilayah.

"Kita tidak boleh membiarkan anak-anak di 3T tertinggal dalam hal gizi dan pendidikan hanya karena tantangan geografis," kata Suardi Samiran, Deputi Bidang Penyaluran dan Penyediaan Makanan Bergizi Gratis BGN.
 
Baca Juga: Tinjau Banjir Grobogan, Taj Yasin Salurkan Bantuan Senilai Rp253 Juta

Suardi menegaskan, skema tanpa dapur dirancang untuk mempercepat distribusi gizi di daerah 3T dan luar Jawa, di mana membangun fasilitas pengolahan makanan permanen tidak selalu memungkinkan.

Senada, Harianto, Deputi V Kantor Staf Presiden RI, menyatakan bahwa pendekatan ini adalah bagian dari strategi menuju Indonesia Emas 2045. 
 
“Program ini bukan sekadar pembagian makanan, tapi investasi masa depan dalam kecerdasan generasi muda,” ujarnya.

Menurut Direktur PT BRI, Dewi Artati, penyediaan lauk dipusatkan di Kaliwungu, Kendal. “Untuk sayur dan nasi tetap dari lokal karena lebih mudah didapat. Tapi kalau lauk seperti daging, ayam, atau telur, sering sulit ditemukan di daerah 3T,” kata Dewi.

Dalam pelaksanaan ke depan, pemerintah akan menggandeng koperasi, UMKM, dan dunia usaha lokal untuk memperkuat rantai pasok. 
 
Selain itu, pemerintah daerah juga diminta aktif dalam penyediaan bahan baku, logistik, hingga pelatihan tenaga kerja.

Uji coba skema tanpa dapur ini diharapkan dapat diperluas secara nasional, sebagai solusi permanen untuk tantangan distribusi makanan bergizi di seluruh pelosok negeri. 
 
Program ini tidak hanya menargetkan penurunan stunting, tetapi juga peningkatan konsentrasi belajar dan kualitas pendidikan secara menyeluruh

Tags

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB