KENDAL,AYOSEMARANG.COM - - Menjadi santri untuk belajar Al Quran dan kitab biasanya terkendala dua faktor. Yakni pembiayaan dan mental anak maupun orangtua yang hendak menjadi santri.
Namun di Kaliwungu Kendal, Pondok Pesantren Pungkuran Nurul Hidayah membuat terobosan baru dan terbilang unik. Menjadi santri tidak perlu biaya alias gratis dan tida harus mondok atau tinggal di pondok pesantren.
Melalui program Santri Laju yang dimulai dibulan Agustus 2025 ini, menjadi solusi bagi orangtua yang ingin anaknya bisa belajar Al Quran dan kitab tanpa keluar biaya dan tidak khawatir anaknya tinggal di pondok.
Pengasuh program santri laju pesantren Pungkuran Nurul Hidayah Kaliwungu, H Abdul Muis mengungkapkan, ingin anak anak di Kaliwungu yang tidak punya mental santri di pondok pesantren, bisa menjadi santri dengan senang.
“Anak anak bisa membaca kitab kuning dan mengenal fiqih ibadah dan kontemporer. Jadi tidak sekedar bisa membaca tetapi memahami dengan pendekatan tasawuf,” katanya saat Ta'aruf dan pembukaan angkatan pertama santri laju, Sabtu 2 Agustus 2025.
Dikatakan, siswa yang ikut program ini tidak harus mondok atau berpisah dengan orangtua . Mereka tetap bisa menjadi santri dengan target bisa baca kitab kuning.
“Landasan pemikiran santri laju juga didasari Kaliwungu kota santri, tetapi aneh karena angka kenakalan remaja justru di Kaliwungu. Dari sinilah teman-teman pesantren berkumpul karena keresahan dengan kenakalan anak dan remaja yang tinggi di Kaliwungu membuka program Santri Laju,” jelasnya.
Baca Juga: Komunitas Jagongan, Tradisi Unik Kyai dan Santri di Kaliwungu usai Sholat Subuh Berjamaah
Gus Muis menuturkan, konsepnya adalah belajar mengaji dari lahir sampai meninggal setelah selesai tetap belajar. Untuk pembelajaran dilakukan seminggu 3 kali dan dilaksanakan malam hari.
Sementara Kepala program Santri Laju Agus Setiyawan menjelaskan, konsep program ini adalah memahami hakikat pendidikan melalui multiple intelligence.
“Kondisi nyata dikalangan remaja dan pemuda Kaliwungu tidak berbanding lurus dengan predikat kota santri . Selain itu ingin mengembalikan ghiroh karena menjadi santri dengan pertimbangan kesiapan finansial dan mental,” ungkapnya.
Santri laju ini gratis dan tidak menginap sehingga bisa kembali ke rumah. Program ini akan mengupayakan sistem pendidikan yang lebih ideal dan humanis sehingga menghasilkan output sesuai harapan
“Tugas dalam konsep ini mengidentifikasi mengembangkan jenis kecerdasan dan merancang sistem pembelajaran yang lebih baik,” imbuhnya.
Untuk angkatan pertama Program Santri Laju yang terdaftar ada 30 anak, dan pembelajaran dimulai Agustus di hari Senin, Rabu dan Jumat mulai pukul 18.00 - 21.00.