regional

LPPM Undip dan UNICEF Perkuat Kolaborasi Fortifikasi Pangan Lewat Diseminasi Hasil Analisis di Jawa Tengah

Rabu, 6 Agustus 2025 | 19:45 WIB
Peluncuran dan diseminasi hasil analisis situasi Fortifikasi Pangan Berskala Besar (FPBB) di Jawa Tengah kolaborasi antara LPPM Undip dan UNICEF Indonesia di Semarang, Rabu 6 Agustus 2025. (dok.)

 

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM – Peluncuran dan diseminasi hasil analisis situasi Fortifikasi Pangan Berskala Besar (FPBB) di Jawa Tengah menjadi momentum penting dalam penguatan kolaborasi antara Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Diponegoro dan UNICEF Indonesia. Acara yang digelar di Semarang pada Rabu 6 Agustus 2025 ini mempertegas komitmen bersama untuk mempercepat penanganan masalah kekurangan zat gizi mikro melalui pendekatan yang berbasis data dan kebijakan yang inklusif.

Analisis situasi yang disusun oleh LPPM Undip dengan dukungan UNICEF ini menjadi fondasi bagi perencanaan program fortifikasi pangan yang lebih terarah, utamanya pada komoditas pokok seperti garam, tepung terigu, dan minyak goreng. Kajian tersebut memberikan gambaran menyeluruh tentang tantangan, peluang, dan langkah strategis yang dapat diambil untuk memperkuat ketahanan gizi masyarakat Jawa Tengah.

Kepala Kantor UNICEF Perwakilan Indonesia Wilayah Jawa, Tubagus Arie Rukmantara, menekankan bahwa FPBB adalah salah satu strategi paling efektif dalam mengatasi tiga beban masalah gizi di Indonesia, yakni kekurangan gizi, kelebihan gizi, dan kekurangan zat gizi mikro. Ia menyebut program ini sebagai bentuk investasi jangka panjang dalam kesehatan masyarakat. “Program ini membawa manfaat besar dalam mendukung pemecahan masalah gizi di Tanah Air,” ujarnya.

Kerja sama antara UNICEF, LPPM Undip, dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tidak hanya menghasilkan kajian akademik, tetapi juga mendorong pembentukan Forum Koordinasi Fortifikasi Pangan dan perumusan strategi nasional untuk memperkuat pelaksanaan fortifikasi pangan secara menyeluruh. Di tingkat daerah, keterlibatan akademisi menjadi penghubung penting antara riset dan kebijakan.

Prof. Dr. Ir. Bambang WHEP dari Undip menyampaikan bahwa keterlibatan perguruan tinggi seperti Undip adalah bentuk kontribusi nyata dalam pembangunan berbasis ilmu pengetahuan. “Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pelaku industri, dan masyarakat sangat penting untuk memastikan keberlanjutan program fortifikasi pangan demi mengatasi permasalahan gizi mikro,” ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin menyambut positif langkah ini dan menyatakan kesiapan daerahnya mendukung upaya ketahanan pangan nasional. Dengan potensi produksi beras dan daging yang surplus, Jawa Tengah dinilai mampu menjadi motor penggerak program fortifikasi pangan, baik untuk konsumsi lokal maupun sebagai penopang bagi provinsi lain.

Dalam kesempatan itu, Taj Yasin juga mengajak masyarakat lebih cermat dalam memilih produk pangan, tidak sekadar melihat harga, tetapi juga kandungan gizinya. Edukasi publik dinilai sebagai kunci keberhasilan implementasi fortifikasi, agar program ini tak berhenti di tataran kebijakan, tetapi benar-benar menjangkau masyarakat luas.

Hadir pula dalam acara ini Wakil Rektor Undip Wijayanto, Ph.D, serta perwakilan dari sektor kesehatan, pendidikan, dan industri pangan. Kehadiran berbagai pemangku kepentingan ini menandakan bahwa kolaborasi lintas sektor menjadi syarat utama dalam membangun masa depan pangan yang sehat dan berkelanjutan di Indonesia.***

Tags

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB