AYOSEMARANG.COM -- Beberapa waktu terakhir, istilah ACAB dan kode angka 1312 kembali ramai diperbincangkan, baik di media sosial maupun di dunia nyata. Coretan vandalisme dengan tulisan ini sering muncul di dinding kota, spanduk protes, hingga menjadi trending topik di berbagai platform. Fenomena tersebut tak lepas dari meningkatnya kritik masyarakat terhadap institusi kepolisian.
Salah satunya yang terjadi pada 28 Agustus 2025, saat seorang driver ojek online meninggal dunia setelah dilindas kendaraan aparat saat aksi unjuk rasa. Peristiwa tragis ini menimbulkan gelombang kemarahan publik. Warga Indonesia membanjiri media sosial dengan kecaman keras terhadap tindakan represif aparat. Dalam konteks inilah, istilah ACAB 1312 kembali mencuat sebagai simbol perlawanan dan protes.
Apa Itu ACAB 1312?
Secara sederhana, ACAB merupakan singkatan dari kalimat All Cops Are Bastards. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, frasa ini berarti “Semua Polisi adalah Bajingan”. Ungkapan ini kerap pula ditulis dalam bentuk angka 1312, karena huruf A, C, A, dan B sesuai dengan urutan angka 1, 3, 1, dan 2 dalam alfabet.
Baca Juga: 5 HP Kamera Ultrawide Termurah 2025 untuk Foto Lebih Luas, Cocok untuk Konten Kreator
Meskipun terdengar kasar, ACAB tidak selalu dipahami sebagai hinaan personal kepada setiap individu polisi. Sebaliknya, istilah ini lebih sering dipakai sebagai kritik terhadap sistem kepolisian yang dianggap bermasalah, represif, dan tidak jarang merugikan rakyat kecil.
Sejarah dan Perkembangan Istilah ACAB
Istilah ACAB bukanlah sesuatu yang baru. Berdasarkan penelusuran dari media internasional seperti Mic dan GQ Magazine, slogan ini sudah digunakan sejak puluhan tahun lalu, terutama dalam konteks demonstrasi dan perlawanan sipil.
Di era modern, ACAB semakin populer melalui internet dan budaya digital. Situs Know Your Meme mencatat bahwa istilah ini lahir dari subkultur tertentu, lalu berkembang menjadi simbol perlawanan yang lebih luas. Kini, ACAB tidak hanya ditemukan dalam forum diskusi atau graffiti, tetapi juga menjadi trending di media sosial ketika muncul kasus kekerasan aparat.
Relevansi ACAB 1312 di Indonesia
Di Indonesia, istilah ini belakangan kian sering dipakai, terutama saat publik merasa kecewa dengan kinerja dan sikap aparat. Kasus tragis meninggalnya driver ojek online pada 28 Agustus 2025 semakin mempertegas bagaimana ketidakpuasan publik tersalurkan melalui simbol ACAB.
Banyak netizen menilai bahwa peristiwa itu mencerminkan lemahnya pengawasan terhadap aparat dan buruknya pola pendekatan keamanan terhadap warga. Karena itulah, tulisan ACAB 1312 menjadi lebih dari sekadar graffiti atau jargon gaul, melainkan simbol kemarahan kolektif terhadap ketidakadilan yang dirasakan masyarakat.
ACAB 1312 bukan sekadar kata kasar, melainkan bagian dari bahasa protes global yang mengkritik sistem kepolisian. Di tengah tragedi yang menimpa driver ojol dalam aksi demo 28 Agustus 2025, istilah ini kembali menjadi sorotan dan mewakili suara masyarakat yang menuntut keadilan.