"Krupuk usek masaknya pakai pasir pantai yang bagian dalam, bukan yang atas. Setelah diambil, pasirnya dibersihkan, dijemur lagi, baru dipakai," kata Astuti.
Alat memasak berupa tungku berbentuk tabung yang diputar dan dipanasi di bagian bawahnya. Pasir dimasukkan ke salah satu bagian dari tungku itu.
Kerupuk dimasukkan ke lubang tungku. Sembari diputar, pasir pantai itu sedikit demi sedikit jatuh dalam tungku, ikut mematangkan kerupuk.
"Pasir pantai hanya bisa dipakai sekali, kalau dipakai lagi tidak bisa matang," ucapnya.
Astuti menyebut jumlah anggota KUB-nya kini mencapai 21 orang. Lokasi produksinya mencapai empat titik. Tiap titik bisa menghasilkan 25 Kilogram kerupuk usek dalam sehari.
Untuk memproduksi 25 Kilogram kerupuk usek membutuhkan sekitar setengah karung pasir pantai.
KUB Maju Makmur tidak hanya memproduksi satu jenis kerupuk, tapi mencapai 10 jenis. Total produksinya saat ini mencapai 3 kuintal atau 300 Kg.
Untuk ibu-ibu, menjual hasil produksinya ke sekitar kampung. Sedangkan para bapak menjual hingga ke luar desa.
"Dari KUB ini para anggota dalam setengah hari bisa mendapatkan penghasilan tambahan sebesar Rp 60 ribu,"ungkapnya.