BATANG, AYOSEMARANG.COM - Desa Kedungmalang, Kecamatan Wonotunggal hampir separuh warganya ikut menyumbang devisa negara sebagai buruh migran atau Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Kini, warga Desa Kedungmalang, Kecamatan Wonotunggal mencoba untuk tidak merantau ke luar negeri. Mereka membentuk komunitas eks buruh migran, dan mengembangkan potensi berbahasa asing yang dimiliki.
Kepala Desa Kedungmalang, Mulyono menjelaskan bahwa hampir separuh warganya adalah mantan buruh migran.
Baca Juga: Piala AFF 2020 Indonesia vs Vietnam: Shin Tae-yong Sebut Ada Masalah di Timnas Indonesia
Dari total 700 KK, sekitar 300 KK diantaranya pernah menjadi buruh migran. Tenaga kerja migran yang aktif saat ini hanya tersisa 25 orang.
Tradisi migran di Desa Kedungmalang sudah berlangsung sejak tahun 70-an. Negara tujuannya meliputi Jepang, Taiwan, Arab, Malaysia, dan sebagainya.
"Anak-anak muda tujuannya ke Jepang untuk bekerja di sektor industri, kalau yang ibu-ibu ke Taiwan untuk sektor rumah tangga," jelasnya.
Pihaknya menjelaskan, sejak Pandemi, pengiriman tenaga migran menurun.
Pihaknya berupaya agar para eks pekerja migran tidak kembali bekerja sebagai tenaga migran karena punya resiko besar.
Baca Juga: Lakukan Aksi Rantai Diri, Jaringan Jawa Tengah Tuntut RUU Perlindungan PRT Segera Disahkan
Pembuatan kelompok eks migran pun dicetuskan agar mereka move on.
Mereka diajari membuat berbagai macam produk UMKM, hingga berhasil menciptakan Toko Bahasa.
Potensi bahasa asing yang dimiliki warga dimanfaatkan untuk pemasaran produk.
Toko tersebut bahkan memiliki kelas pembelajaran bahasa asing.