SEMARANG SELATAN, AYOSEMARANG.COM -- Fenomena perang sarung sering muncul saat datangnya bulan Ramadhan.
Biasannya perang sarung dilakukan setelah sholat tawawih hingga saat sahur.
Saat ini perang sarung justru identik dengan tawuran, bahkan menimbulkan korban jiwa.
Lantas, bagaimana sejarah perang sarung?
Baca Juga: GEGER Video Perang Sarung di Magelang Dilakukan Anak-anak hingga Remaja
Menurut Ketua Komunitas Tjimahi Heritage Machmud Mubarok, perang sarung sudah ada sejak tahun 1980-an.
Awalnya perang sarung hanya candaan. Sebab sarung yang digunakan sama sekali tidak dipadukan dengan benda-benda yang membahayakan.
"Dulu itu namanya ucing babuk (kucing pukul), memang sama sarung diiket ujungnya untuk memukul lawan. Cuma tidak kriminal seperti sekarang," jelas Machmud dikutip dari Suara.com, Rabu 13 april 2022.
Machmud mengatakan, zaman dulu perang menggunakan sarung murni memang hanya sebatas candaan anak-anak ketika menunggu sholat tarawih.
Baca Juga: Perang Sarung di Tegal Tewaskan Satu Orang
Keadaannya berbeda dengan sekarang, dimana perang sarung yang mayoritas dilakukan anak-anak dan remaja itu dilakukan antarkelompok hingga antarkampung hingga saling melukai hingga timbul korban.
"Dulu memang sarung saja. Ada di setiap Ramadhan semua pada ngumpul di masjid sebelum tarawih main. Saya juga heran perang sarung sekarang malah batu, itu niatnya untuk mencelakai," lanjutnya.
Menurut Machmud, bergesernya fenomena perang sarung yang kini mengarah ke kriminal lantaran pengaruh media sosial.
Baca Juga: Perang Sarung Usai Sholat Tarawih, 9 Remaja Diamankan Polrestabes Semarang