AYOSEMARANG.COM -- Bagi masyarakat Jawa burung perkutut adalah sebuah simbol status sosial seseorang, dan juga dianggap sebagai burung yang mempunyai nilai kesakralan.
Masyarakat Jawa tempo dulu yang mempunyai status sosial tinggi, akan mewajibkan dirinya untuk memiliki burung perkutut sebagai kegemaran atau klangenan dalam bahasa jawa.
Dalam penempatan dan sangkar perkutut itu sendiri harus lebih baik dibandingkan dengan burung yang lain. dan akan digantung pada tiang yang tinggi, sebagai simbol bahwa dia mempunyai derajat yang lebih.
Baca Juga: Tradisi Memelihara Burung Dapat Menentukan Status Sosial, tetapi Mengurangi Kemampuannya Terbang
Kaum lelaki Jawa akan dianggap sebagai pria sejati saat dirinya memiliki, Wismo adalah rumah, Garwo adalah isteri, Curigo adalah keris, Turonggo adalah kuda.
Dan untuk lebih menyempurnakan kesejatian seorang pria Jawa adalah Kukilo yang berarti memiliki burung yang dimaksudkan adalah perkutut.
Budaya Jawa di masa lalu mempercayai bahwa burung perkutut itu memiliki tuah atau memiliki kekuatan mistis bagi orang yang memeliharanya.
Adapun tuah atau kekuatan mistis menurut jenisnya dibagi menjadi beberapa kategori, antara lain :
Baca Juga: Belum Banyak yang Tahu Kehidupan Ikan Laut Dalam yang Ganas, Begini Gambarannya
1. Perkutut Songgo Ratu
Perkutut ini memiliki ciri memiliki mahkota berupa jambul warna putih di atas kepalanya, dominan warna hitam pada bulunya.
Kicauan atau manggung nya dalam bahasa jawa Songgo Ratu ini kecil dengan lekukan sebagaimana umumnya burung perkutut.
Perkutut jenis ini oleh masyarakat Jawa dianggap memiliki kasta tertinggi, dapat menolak santet dan kewibawaan bagi pemiliknya.
2. Perkutut Lurah