Perang Rusia-Ukraina, Bagimana Nasib Indonesia? Ini Penjelasan Mardigu Wowiek

photo author
- Kamis, 24 Februari 2022 | 14:46 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan pengerahan operasi militer di Ukraina. Artinya, serangan Rusia ke Ukraina dimulai. (Twitter)
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan pengerahan operasi militer di Ukraina. Artinya, serangan Rusia ke Ukraina dimulai. (Twitter)

SEMARANG SELATAN, AYOSEMARANG.COM -- Mardigu Wowiek mengungkapkan dampak perang Rusia dan Ukraina bagi Indonesia.

Diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan pengerahan operasi militer di Ukraina. Artinya, serangan Rusia ke Ukraina dimulai.

Rusia langsung membombardir Ibu Kota Ukraina, Kyiv, dan kota pelabuhan Mariupol yang terletak di sisi timur Ukraina, Kamis 24 Februari 2022.

Melalui di Channel YouTubenya, Mardigu Wowiek menjelaskan dampak perang Rusia dan Ukraina hanya satu yakni lebensraum.

Baca Juga: Penyebab Rusia dan Ukraina Terus Memanas hingga Ancaman World War 3

"Ini hanya istilah dari bahasa Jerman dan bangsa Jerman di periode 1890 hingga 1940 yang mencerminkan sejarah kolonialisme sejak zaman Macedonia. Romawi hingga kolonialisasi Eropa ke seluruh dunia, semua sama, Lebensraum!," ujar Mardigu Wowiek.

Pria yang akrab disapa Bosman Mardigu mengatakan, Lebensraum merupakan living space atau wilayah hidup.

"Tempat tinggal dan segala kebutuhannya, kita menengok interest banyak negara dunia saat ini, misalnya Tiongkok, untuk menghidupi 1,4 milyar penduduknya. Tiongkok harus melakukan kolonialisasi, namun Tiongkok menggunakan kolonialisasi 5.0 kalau pakai terminologi di akademi militer," lanjutnya.

Mardigu Wowiek menjelaskan, menjelaskan kolonialisasi 5.0 merupakan terminologi yang biasa digunakan dalam akademi militer.

Baca Juga: Vladimir Putin Serukan Perang, Rusia Langsung Bombardir Ukraina, Akankah Perang Dunia 3?

"Yaitu menggunakan economic approach dan soft power. Tidak mencaplok ala militer namun mengambil kemanfaatan sumber daya sebuah negara," sambungnya.

Misalnya, Mardigu Wowiek menjelaskan di jazirah Arab dikuasainya di negara-negara Asia Barat lainnya dan semua wilayah memiliki unsur Fossil Oil.

"Seperti di negara Myanmar, Indonesia, Venezuela, Nigeria, mana saja yang ada fossil oil, Amerika masuk mengendalikan dengan hard power, tekanan premanisme," tuturnya.

Menurut Mardigu Wowiek, jika kesadaran bernegaranya rendah, sebuah negara yang pemimpinnya lemah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: adib auliawan herlambang

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X