Dibeli Elon Musk, Twitter Malah Banjir Kritik

photo author
- Rabu, 27 April 2022 | 12:33 WIB
Elon Musk berhasil membeli platform Twitter seharga 44 miliar USD, atau setara Rp633 triliun dengan estimasi kurs Rp14.387. (Instagram/elonrmuskk)
Elon Musk berhasil membeli platform Twitter seharga 44 miliar USD, atau setara Rp633 triliun dengan estimasi kurs Rp14.387. (Instagram/elonrmuskk)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM -- Elon Musk berhasil membeli platform Twitter seharga 44 miliar USD, atau setara Rp635 triliun. Pembelian tersebut menuai berbagai kritik dari tokoh Amerika.

Robert Reich, pendiri organisasi non profit untuk kesenjangan media atau Inequality Media mengatakan, Elon Musk tidak serius memikirkan kebebasan berpendapat di Twitter. Sebaliknya, membeli Twitter adalah bagian dari caranya untuk bebas dari akuntabilitas.

Reich meminta masyarakat untuk lebih cerdas mencerna kata-kata Elon Musk yang tidak konsisten. Itu karena Musk pernah mengatakan siapa saja yang tidak sependapat dengan kepemilikan Twitter secara pribadi, maka bisa meninggalkan platform tersebut.

Baca Juga: Kekayaan Elon Musk Melonjak Usai Beli Twitter Rp635 Triliun?

Dijelaskan Reich, orang yang memiliki kekayaan butuh corong yang besar supaya didengar masyarakat. Caranya, dengan membeli media seperti stasiun TV, media online, hingga media sosial, salah satunya seperti Elon Musk yang membeli Twitter.

Tak dipungkiri, Twitter menjadi platform media sosial terbesar yang menjangkau seluruh dunia. Fiturnya mudah digunakan, tak terbatas, hampir memiliki kesamaan dengan Facebook yang mudah menyebar informasi.

Praktisnya, kebebasan berbicara adalah kebebasan menghasilkan kekayaan bagi konglomerat. Elon Musk yang menolak duduk di dewan direksi Twitter karena terikat aturan kepemilikan saham, menjadi salah satu yang bisa ditandai untuk melaksanakan aksi pasar bebas.

Baca Juga: Twitter Resmi Milik Elon Musk, Dibeli Seharga Rp635 Triliun

"Jika Anda adalah orang terkaya di dunia, Anda dapat membeli salah satu megafon terbesar di dunia yang disebut Twitter — dan kemudian memutuskan siapa yang dapat menggunakannya, seperti apa algoritmenya, dan bagaimana ia mengundang atau menyaring kebohongan besar," ujar Reich dalam blog pribadinya.

"Tidak seperti ambisinya untuk menjungkirbalikkan transportasi dan penerbangan antarbintang, yang satu ini berbahaya. Ini mungkin akan menjungkirbalikkan demokrasi," tandas Reich.

Editor The New York Times, Gregorius Bensinger ikut menyayangkan keputusan Twitter menjual perusahaannya kepada bilioner Musk.

Baca Juga: Telepon Elon Musk, Jokowi Minta Tesla Berinvestasi di Indonesia

Tragedi seperti cuitan Donald Trump yang bermasalah dan rasis, hingga hoaks yang pernah disebar Elon mengenai sekuritas, akan membahayakan pengguna Twitter.

"Musk, tidak akan membuat Twitter menjadi tempat yang lebih baik; yang akan membuatnya jauh lebih beracun. Saya berharap Elon Musk serius ketika dia mengatakan dia akan mengalahkan atau mematikan bot spam,"
ujar Bensinger. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: adib auliawan herlambang

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X