RI Berharap Presidensi India Lanjutkan Isu Pemberdayaan Perempuan dan Kesetaraan Gender

photo author
- Senin, 14 November 2022 | 15:32 WIB
 (Dari kiri ke kanan): Communication Team W20 Indonesia, Tri Wahyuningsih, Co-Chair W20 Indonesia, Dian Siswarini, Ketua Umum KOWANI, Giwo Rubianto, dan Chair W20 Indonesia, Hadriani Uli Silalahi, pada Post Summit W20 Indonesia yang digelar di Nusa Dua, Bali.  (istimewa)
(Dari kiri ke kanan): Communication Team W20 Indonesia, Tri Wahyuningsih, Co-Chair W20 Indonesia, Dian Siswarini, Ketua Umum KOWANI, Giwo Rubianto, dan Chair W20 Indonesia, Hadriani Uli Silalahi, pada Post Summit W20 Indonesia yang digelar di Nusa Dua, Bali. (istimewa)


BALI, AYOSEMARANG.COM-Post Summit Women20 (W20) baru saja berlangsung, 13-14 November 2022, di Nusa Dua, Bali. Pertemuan terakhir di Indonesia ini sekaligus menandai berakhirnya tongkat kepemimpinan W20 Indonesia pada tahun ini, sesuai dengan berakhirnya Kepresidenan Indonesia di forum G20. India yang akan memimpin G20 di tahun 2023 juga akan memimpin W20 di sepanjang tahun depan.


Dalam sambutannya, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, Bintang Puspayoga, menyampaikan bahkan melalui post summit ini, W20 Presidensi Indonesia juga berharap empat isu utama terkait pemberdayaan perempuan yang telah ditetapkan selama presidensi Indonesia, dapat dilanjutkan pada W20 Presidensi India di tahun depan. Isu-isu tersebut meliputi, menolak diskriminasi dan mendorong kesetaraan gender, UMKM yang dimiliki dan dipimpin oleh perempuan, respon kesehatan yang mengutamakan kesetaraan gender dan perempuan pedesaan dan perempuan penyandang disabilitas.

Bintang Puspayoga menambahkan, pada isu pertama dan kedua, hal yang ditekankan adalah bagaimana mempromosikan kesetaraan, keamanan, dan kesejahteraan dengan menghapus kebijakan diskriminasi. Selain itu, dijabarkan pula bagaimana mencapai inklusi ekonomi melalui dukungan terhadap UMKM yang dimiliki dan dikelola oleh perempuan. Dibahas pula pentingnya merangkul interseksionalitas untuk mempercepat kemajuan pemberdayaan perempuan.

Sementara itu, pada isu ketiga dan keempat, W20 Indonesia lebih menekankan kepada respon kesehatan kaum marginal perempuan, khususnya mereka yang berada di daerah pedesaan dan penyadang disabilitas.

Baca Juga: Pengumuman UMK 2023 30 November 2022, Ini Daftar Kenaikan UMK Cilacap 5 Tahun Terakhir
Pada isu ini digambarkan bagaimana tantangan global terkait pandemi Covid-19 berdampak secara tidak proporsional terhadap perempuan. Pandemi sangat berdampak terhadap kesehatan ibu, keluarga, bahkan terhadap pelayanan bagi perempuan korban kekerasan berbasis gender. Lebih jauh, W20 ingin menyoroti respon terhadap kesehatan khususnya yang berkeadilan gender.

Chair W20 Indonesia, Hadriani Uli Silalahi, menyampaikan bahwa untuk benar-benar mencapai kesetaraan gender, W20 perlu menekankan pentingnya akuntabilitas. Untuk itu, fokus G20 terhadap kesetaraan gender perlu untuk terus dipantau dan dievaluasi secara berkala. W20 Indonesia pun secara konsisten terus menyerukan kepada pemimpin G20 untuk mengeluarkan deklarasi yang berfokus terhadap pentingnya kesetaraan gender.

Uli juga menyampaikan, pada pertemuan terakhir W20 ini, Indonesia juga memastikan terlaksananya empat agenda utama, yaitu mendelegasikan peran W20 kepada masyarakat luas agar dapat berkontribusi pada lingkungan sekitarnya. Kemudian, memastikan Komunike W20 disampaikan dengan baik kepada pemimpin G20, mensosialisasikan rekomendasi W20 kepada pemimpin G20, sherpa, organisasi wanita, akademisi, pemangku kepentingan, dan publik sebagai fokus utama pada pemberdayaan perempuan.

"W20 menjadi working group dan engagement group pertama dari G20 presidensi Indonesia yang telah menyelesaikan post summit dengan hasil yang baik. Pencapaian ini sekaligus menunjukkan W20 presidensi Indonesia sebagai working group maupun engagement group terbaik dan terlengkap dalam menghasilkan komunike dan menyelesaikan seluruh rangkaian pertemuan sejak dimulai pada Desember 2021 yang lalu", jelas Uli.

Dalam kesimpulan hasil post summit, Co-Chair W20 Indonesia, Dian Siswarini, menyampaikan larena W20 Indonesia telah secara resmi menyerahkan Komunike W20 pada bulan Juli. ''Kami berharap acara post summit ini akan terus memperkuat rekomendasi kami, sehingga permintaan kami akan didengar oleh para pemimpin dunia dan menjadi bagian dari diskusi KTT G20 mendatang.”

Komunike W20 Indonesia sendiri berisi rekomendasi kepada para pemimpin G20 untuk memastikan bahwa kepentingan perempuan serta anak perempuan menjadi bagian signifikan dari kepresidenan G20 Indonesia. Secara langsung, W20 Indonesia mendorong pemerintah untuk menindaklanjuti komitmen dalam mengimplementasikan roadmap G20 menuju dan melampaui Brisbane Goals.

Membuat jaringan data gender G20 dan dasbor yang berisi hasil dari W20. Mengembangkan serta meningkatkan Strategi Nasional Gender Ekuitas dan Kesetaraan (NSGEE).

Dalam rangkaian post summit ini, terdapat 6 pembicara yang merupakan para delegasi W20 2022 yang berasal dari Indonesia, India, Italia, Rusia, Turki, dan Amerika Serikat. Masing-masing delegasi menjelaskan tentang 5 isu prioritas W20 yang dibahas dalam Komunike, yakni: non-discrimination and equality, women-owned and led MSMEs, gender equitable health response, rural women, dan women with disabilities.
Pertemuan di Bali ini juga membahas sejumlah tema dengan menghadirkan pembicara dari Indonesia dan luar negeri. Ada Deputi Plt. Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Indra Gunawan yang membawakan materi mengenai diskriminasi, UMKM perempuan, dan perempuan di pedesaan.

CEO AirAsia Indonesia, Veranita Yosephine, membahas kepemimpinan perempuan serta peran sektor swasta dalam memberantas bias gender. Selanjutnya ada Kepala Sekretariat WeFi, Wendy Teleki, yang membahas mengenai keuangan serta inklusi ekonomi. Staf Khusus Bidang Fiskal dan Makroekonomi, Kementerian Keuangan Indonesia, Masyita Crystallin, membahas mengenai inklusi ekonomi dalam intervensi wilayah perempuan.

Kemudian dilanjutkan dengan Staf Khusus Presiden RI, Angkie Yudistia, yang berbagi mengenai bagaimana mempekerjakan dan mempertahankan perempuan penyandang disabilitas di sektor publik. Selanjutnya, Forum Parlemen Eropa, Neil Datta, membahas kesehatan perempuan pedesaan dan kesehatan reproduksi seksual. Kemudian ada Walikota Kabupaten Garut, Rudy Gunawan, yang berbicara mengenai pemberdayaan ekonomi perempuan pedesaan melalui ekonomi kreatif.

Baca Juga: Manfaatkan Presidensi G20, Indonesia Usulkan Peta Jalan Transisi Energi

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X