Film Like & Share Roadshow di Kota Semarang, Kritisi Kekerasan Seksual dan Pornografi di Kalangan Remaja

photo author
- Minggu, 27 November 2022 | 18:13 WIB
Para pemeran film Like & Share saat roadshow di Java Mall Semarang.  ((Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa))
Para pemeran film Like & Share saat roadshow di Java Mall Semarang. ((Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa))

Baca Juga: 8 Hidden Gem Semarang 2022, Cocok Buat Hunting Foto Vibes di Dunia Lain, Ada Replika Film Water World Nyata

Menurut Gina pada 2045 nanti, Indonesia akan mempunyai generasi emas dari bonus demografi.

Diimana remaja atau anak-anak akan menjadi usia produktif. Biasanya kalau ada hal demikian di suatu bangsa akan terjadi perkembangan yang pesat dan itu terjadi sekali.

"Bayangkan kalau misalnya masalah-masalah remaja dan anak-anak kita yang dihadapi saat ini, masalah kesenjangan pendidikan, kemudian parenting yang belum merata belum terselesaikan. Film-film seperti ini diharapkan bisa membantu mereka untuk anak-anak dan remaja agar bisa jadi support system yang lebih baik. Membuat mereka agar berdiskusi, lebih cerdas dan lebih menjadi ruang aman untuk satu sama lain. Karena kalau yang ini tidak kita bantu, kita malah menambah korban dan pelaku, kita malah abay dan sayang untuk masa depan," ungkapnya.

Nantinya saat ditayangkan, Like & Share akan jadi dua versi yakni 13 plus dan 17 plus.

Baca Juga: Film Tegar Roadshow di Kota Semarang, Lewat Tokoh Anak Suarakan Isi Hati Penyandang Disabilitas

Untuk versi 13 tahun, kata Gina, bakal ada potongan sekitar 4 menit dengan mengurangi adegan-adegan yang eksplisit dan yang lebih intim. Jadi kita lebih fokus ke isu pornografinya.

"Kalau misalnya anak umur 17 tahun saya rasa bisa menghadapi masalah-masalah yang lebih rumit sebenarnya. Hanya karena anak punya kematangan mental yang berbeda-beda maka paling bijak dibagi dua, 13 dan 17. Dan 17 tahun akan ditayangkan pertama kali yakni versi utama film kami, setelah itu baru 13 tahun," ucapnya.

Dari salah satu pemeran yakni Arawinda Kirana yang berperan sebagai Sarah menuturkan keengganannya memerankan karakter ini karena menurut nya kasus kekerasan seksual itu banyak terjadi di sekelilingnya dan isu itu dekat sekali dengan dirinya.

"Dan seperti yang dilihat di film, isu seksual yang terjadi pada Sarah itu, adalah bentuk kekerasan seksual yang tidak terlihat. Misalnya memegang tangan yang sebetulnya itu membuat tidak nyaman. Hal itu sering terjadi pada perempuan seperti saya ini," ucapnya.***(Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Wahyu Vitaarum

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB
X