Benteng ini juga dilengkapi dengan 5 pintu gerbang atau biasa disebut dengan plengkung karena bentuknya yang melengkung setengah lingkaran.
Plengkung tersebut berfungsi sebagai pintu keluar-masuk Keraton Yogyakarta dan masing-masing plengkung memiliki nama antara lain Plengkung Tarunasura atau Wijilan.
Dan Plengkung Jagasura yang berada di wilayah Ngasem, Plengkung Jagabaya yang berada di Tamansari, Plengkung Nirbaya atau dikenal dengan Plengkung Gading karena berada di wilayah Gading.
Dan yang kelima sekaligus telah ditutup secara sengaja yakni plengkung Madyasura, setelah terjadinya beberapa peristiwa penyerangan serta bencana alam.
Diantaranya peristiwa Geger Sepehi pada 20 Juni 1812, saat tentara Inggris menyerang Keraton dan berhasil meledakkan gudang mesiu yang terletak di salah satu pojok benteng.
Baca Juga: Jembatan Merah VIRAL! Pesona Wisata Terbaru 2023 Kulon Progo Yogyakarta, Serasa di Luar Negeri
Sehingga Plengkung Madyasura ditutup secara permanen sebagai bagian strategi pertahanan Keraton Yogyakarta.
Gempa bumi yang terjadi pada tahun 1867 dan masuknya Jepang membuat Benteng Keraton Yogyakarta dan bangunan yang ada didalamnya mengalami kerusakan.
Sehingga dari lima plengkung saat ini tinggal tersisa dua yang masih utuh yakni Plengkung Tarunasura dan Plengkung Gading sedangkan Tolak Bala yang tersisa tinggal Jokteng Wetan, Kulon dan Jokteng Lor.
Oleh karena itu jika ada wisatawan yang ingin berkunjung ke Benteng Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat saat ini telah dibuka sebagai destinasi wisata.
Walaupun Benteng Baluwerti masih kokoh berdiri namun secara sosial saat ini secara tegas sudah tidak ada lagi pemisah antara Keraton Yogyakarta dengan masyarakat di sekitarnya.***