Untuk mendaki gunung limo hal pertama yang harus dilakukan adalah, meminta ijin kepada Juru Kunci yang tinggal di lereng gunung ini.
Biasanya Juru kunci akan berpesan untuk menjaga ucapan, untuk tidak bicara sembarangan dan takabur selama berada di kawasan Gunung Limo.
Di Awal pendakian menuju Puncak Mantren akan disuguhi tantangan, berupa semak belukar dan pepohonan yang lebat serta akar-akar.
Di beberapa titik oleh warga setempat disiapkan alat bantu tali dan tangga besi, alat bantu ini disiapkan karena kondisi lintasan yang sangat curam.
Tidak sampai disitu saja tantangan yang dihadapi oleh pendaki, karena setelah melalui lintasan curam pendaki akan tiba di gerbang batu yang sangat sempit.
Gerbang batu ini biasa disebut dengan gerbang Watu Pecah, yaitu bebatuan terbelah yang berbentuk seperti pintu gerbang.
Konon pendaki yang takabur tidak akan bisa melalui celah Watu Pecah, sehingga harus melalui jalur lain yang memutar dengan jarak lebih jauh.
Baca Juga: 5 Objek Wisata Gratis di Pacitan, Dompet Tipis Tetep Bisa Healing
Gerbang Watu Pecah biasa disebut juga Selo Menangkep ini memiliki lorong sepanjang lebih kurang 10 meter, yang hanya bisa dilalui dengan berjalan miring.
Setelah mendekati puncak kita akan menemui batu Pongaan, dari batu ini pendaki dapat menyaksikan keindahan Pacitan.
Kelelahan pendakian akan terbayar lunas oleh udara yang sejuk dan pemandangan yang menakjubkan, jika beruntung bisa menikmati buah-buahan yang lezat.
Buah yang hanya boleh dinikmati di tempat itu saja, konon jika dibawa pulang setiba di rumah buah tersebut akan berubah menjadi batu.
Demikian sekelumit tentang keunikan mendaki Gunung Limo, gunung yang menjadi ikon Kabupaten Pacitan dan dianggap sebagai pengayom kota.*