AYOSEMARANG.COM-Kejadan guru yang mengalami tindak kekerasan oleh murid kembali terjadi yaitu guru Madrasah Aliyah atau MA di Kecamata Kebonagung, Demak yang dibacok oleh muridnya sendiri.
Rasa nyaman di dalam kelas baik guru maupun murid harus menjadi jaminan bagi keberlangsungan Proses Belajar Mengajar (PBM). Jika guru dihantui rasa takut karena perilaku siswanya yg memiliki peringai kasar maka akan berdampak pada kualitas pembelajaranya.
Oleh karena itu, hendaknya diknas harus segera melakukan upaya pencegahan terhadap tindak kekerasan yg terjadi terhadap guru. Upaya pencegahan ini tentu harus melibatkan semua pihak utamanya adalah orang tua dan tokoh masyarakat serta aparat penegak hukum. Hukuman terhadap perilaku kriminal terhadap murid yang dilakukan di dalam sekolah belum cukup membuat mereka jera.
Oleh karena itu, peran orang tua dan tokoh masyarakat dalam mensosialisasikan nilai-nilai agama, nilai-nilai budaya, nilai - hukum menjadi faktor penting agar anak bisa memahami dampaknya jika melakukan perilaku kriminal.
Terjadinya krisis moral pelajar saat ini salah satu pengaruhnya adalah kehadiran gadget/HP yang menyebabkan kurangnya interaksi antara anak dan orang tua. Adanya gadget membuat para pelajar dengan leluasa browsing hal - hal yang diinginkan, rasa sosialisasi terhadap hal-hal di sekitar menjadi berkurang sehingga mereka terlalu sibuk dan lupa dengan keadaan di sekelilingnya.
Disisi lain seorang guru harus menjadi contoh yang baik bagi para siswa dalam mewujudkan perilaku siswa yang berkarakter. Siswa akan dapat mencontoh perilaku baik dari gurunya.
Untuk mencegah terulangnya peristiwa serupa ada baiknya diknas segera membuat rumusan bisa berupa evaluasi atau memperketat sistem keamanan dengan melakukan kontrol isi tas yg di bawa ke sekolah.***
Penulis: Untung Budiarso,
Ketua Yayasan Peduli Pendidikan Indonesia
( YAPPENDI ).