netizen

GOJEK : Mendorong Inklusi Sosial dan Digital, Solusi Kepercayaan Online di Indonesia

Senin, 24 Juni 2024 | 16:59 WIB
Gratcya Francoice Therese T R, Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (dok pribadi.)

 

AYOSEMARANG.COM - Dunia telah berubah secara dramatis dalam beberapa dekade terakhir, berkat teknologi komputer. Setiap detik setiap hari, miliaran bit data elektronik melesat ke seluruh dunia dan memantul dari satelit untuk mengirimkan data ke bisnis dan individu. Hal ini juga berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia, khususnya moda transportasi. Kehadiran aplikasi transportasi online di Indonesia saat ini semakin beragam. Terdapat banyak aplikasi dari perusahaan - perusahaan yang berbeda, dari sisi kebijakan dan strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dimiliki. Aplikasi transportasi online tentunya tidak akan terlepas dari kebutuhan teknologi, terutama yang berhubungan dengan kebutuhan teknologi pada masyarakat.

Dalam beberapa tahun terakhir, Gojek telah menghadirkan berbagai layanan yang luas, termasuk ojek online, pengiriman makanan, belanja online, pemesanan tiket, pembayaran, dan banyak lagi. Hal ini membuat Gojek menjadi solusi yang nyaman dan efisien bagi jutaan orang di Indonesia yang ingin mengakses berbagai layanan dengan cepat dan mudah. Salah satu aspek yang membuat Gojek begitu populer adalah fokusnya pada inklusi sosial (Gobox, 2024).

Gojek memberikan kesempatan kepada para mitra pengemudi dan mitra usaha untuk mendapatkan penghasilan tambahan yang signifikan. Dalam hal ini, Gojek telah memberikan peluang ekonomi kepada banyak orang yang sebelumnya sulit mendapatkan pekerjaan atau penghasilan stabil. Namun, bagaimana pandangan masyarakat akan hal tersebut?

Meskipun Gojek sudah mengklaim bahwa satu dari lima alasan kenapa harus menggunakan Gojek karena memudahkan transportasi (Gobox, 2024), tapi masyarakat dan mitra Gojek perlu belajar dan terus berusaha memahami semua fitur - fitur yang ada pada aplikasi. Hal ini dapat terjadi jika ada inklusi sosial dan digital.

Inklusi sosial didefinisikan sebagai proses untuk meningkatkan syarat-syarat partisipasi dalam masyarakat, terutama bagi mereka yang kurang beruntung, melalui peningkatan peluang, akses terhadap sumber daya, suara, dan penghormatan terhadap hak-hak (Mayer et al., 1958). Sedangkan, inklusi digital mengacu pada kegiatan yang diperlukan untuk memastikan bahwa semua individu dan masyarakat, termasuk mereka yang kurang beruntung, memiliki akses dan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) (National Digital Inclusion Alliance, n.d).

Berpegang pada slogan “Go Far, Go Together” yang diadopsi dari GoTo Group, kehadiran aplikasi Gojek memberikan kesempatan ekonomi kepada mitra pengemudi dan mitra usaha kecil dan menengah. Dengan menjadi mitra Gojek, mereka dapat menghasilkan pendapatan tambahan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Tidak hanya itu, pihak Gojek pun mengizinkan “teman - teman difabel” atau “tuna rungu” untuk menjadi pengemudi. Hal ini menunjukkan bahwa inklusi sosial menjadi hal yang sangat penting, sekalipun hal tersebut berkaitan dengan teknologi.

Kehadiran teman difabel ini menjadi sangat penting karena inklusi sosial juga melibatkan inklusi ekonomi, di mana semua individu memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Seperti yang dijelaskan oleh World Bank bahwa pada tingkat individu, dampak yang paling sering diukur mencakup hilangnya upah, pendapatan seumur hidup, buruknya pendidikan, dan hasil pekerjaan (World Bank Group, n.d).

Di sisi inklusi digital, dengan banyaknya fitur layanan yang tersedia, Gojek harus mampu menyesuaikan dengan kemampuan internet yang memenuhi kebutuhan pengguna. Tidak hanya itu, aplikasi dan konten online yang dimunculkan dalam aplikasi juga harus dimaksimalkan untuk memungkinkan dan mendorong kemandirian, partisipasi dan kolaborasi. Inklusi digital membutuhkan strategi dan investasi yang disengaja untuk mengurangi dan menghilangkan hambatan historis, institusional, dan struktural untuk mengakses dan menggunakan teknologi.

Fenomena inklusi sosial dan digital ini juga selaras dengan knowledge gap theory. Teori ini merupakan teori komunikasi massa yang kini telah diadaptasi dan digunakan untuk menganalisis bidang Teknologi Komunikasi dan Informasi (TIK) (Gaziano, 2016). Teori ini menjelaskan ketika akses terhadap media massa meningkat, segmen-segmen tertentu dari populasi tersebut pasti akan memperoleh informasi lebih cepat dan karenanya kesenjangan yang lebar meningkat seiring dengan semakin rendahnya status ekonomi penduduk (Gaziano, 2016). Dunia belum melihat dampak penuh dari teknologi-teknologi baru, namun seiring dengan semakin banyaknya teknologi dan biaya yang meningkat, maka semakin banyak pula masyarakat miskin yang tersingkir.

Gojek memang memiliki strategi unit bisnis on - demand service. Namun, perlu diketahui perusahaan-perusahaan yang dominan dalam sebuah industri berhasil mengadaptasi dan memperluas teknologi, produk, atau layanan yang sudah ada, mereka kesulitan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Alasannya adalah kesulitan untuk melepaskan masa lalu. Pemikiran strategis adalah proses pembelajaran yang mencari wawasan yang muncul dari mengajukan pertanyaan provokatif dan membingkai peluang baru. Pemikiran strategis berfokus pada transformasi organisasi melalui pembingkaian peluang baru dan menantang kerangka pemikiran, serta kegiatan yang ada yang terkait dengan kepemimpinan; perencanaan melibatkan kontrol dan akuntabilitas, dan merupakan inti dari manajemen yang efektif.

Meskipun bergerak di bidang transportasi online, inklusi sosial dan digital menjadi hal yang penting bagi martabat, keamanan, dan peluang untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dari pihak internal maupun eksternal, khususnya bagi konsumen, seperti penumpang dan mitra gojek lainnya. Jika dilihat dari knowledge gap theory milik Philip J Tichenor, George A. Donohue dan Clarice. N Olien, inklusi sosial dan digital pada Gojek sangat berperan penting dengan partisipasi ekonomi. Tanpa kesempatan untuk bekerja, belajar dan berlatih, hal ini bisa menyebabkan kemiskinan pengetahuan dan finansial yang mengakar. Sebagaimana Gojek mengadopsi tagline “Go Far, Go Together” sebagai bagian dari kebijakan dan strategi perusahaan, hal ini harus membuat pihak Gojek sadar bahwa aplikasi yang telah diluncurkannya ini sangat berguna untuk masyarakat, terutama masyarakat kecil.

Hadirnya kebijakan dan strategi TIK pada Gojek dapat menjadi alat yang kuat untuk menstandarisasi prosedur kerja dan memperlancar aliran informasi, sehingga menjadi lebih efisien dan transparan, serta mendorong perubahan yang telah ditetapkan sesuai dengan visi misi perusahaannya. Dalam semua sistem informasi dan komunikasi terdapat satu faktor yang umum: manusia. Faktor ini memainkan peran terpenting di setiap tingkat dan dalam setiap aspek. Manusia bisa menjadi desainer, pengembang, atau pengguna sistem. Manifestasi paling umum dari manusia adalah pengguna rata-rata, yang mungkin tidak terlalu berpengetahuan atau terampil dalam ilmu komputer, tetapi memiliki kepribadian dan psikisnya sendiri.

Fenomena sosial yang muncul akibat kebijakan dan strategi TIK pada Gojek ini juga dapat dilihat sebagai proses penumbuhan kepercayaan mitranya. Kepercayaan adalah proses dinamis yang berubah berdasarkan pengalaman. Proses mempercayai dimulai ketika seseorang melihat indikasi yang menunjukkan bahwa seseorang atau organisasi mungkin layak dipercaya. Indikasi-indikasi ini dapat mencakup perilaku seperti tata krama, profesionalisme, dan kepekaan, yang dirancang untuk mewakili dapat dipercaya (Mezgár, 2006).

Klaim formal tentang dapat dipercaya ini diperkuat seiring waktu dan akhirnya berubah menjadi "sifat karakter," seperti ketergantungan, keandalan, dan kejujuran.

Proses membangun kepercayaan berjalan lambat; kepercayaan terbentuk secara bertahap dan memerlukan waktu yang cukup lama serta pengalaman positif yang berulang (Mezgár, 2006). Kepercayaan online dapat digambarkan sebagai sejenis hubungan manusia. Tahap awal adalah minat dan ketidakpercayaan; harus ada motivasi atau kebutuhan untuk tertarik pada layanan atau kerja sama. Pada fase-fase berikutnya, kepercayaan akan berkembang, atau dalam kasus pengalaman negatif, kerja sama akan berakhir.


Gojek telah memainkan peran penting dalam inklusi sosial dan digital di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan memberikan akses transportasi yang lebih mudah dan terjangkau, Gojek telah membantu banyak orang termasuk mereka yang sebelumnya tidak memiliki akses yang baik terhadap transportasi maupun kebutuhan ekonomi. Namun, di sisi lain, pengalaman negatif seperti keterlambatan, perilaku tidak menyenangkan dari pengemudi atau masalah teknis dengan aplikasi dapat merusak kepercayaan yang telah dibangun. Hal ini menyebabkan pengguna memilih untuk berhenti menggunakan layanan Gojek, mengilustrasikan bagaimana kepercayaan bisa runtuh dengan cepat jika ada pengalaman buruk.

Halaman:

Tags

Terkini

Perlukah Outsourcing Dihapus?

Kamis, 8 Mei 2025 | 11:28 WIB