netizen

Peran Kebiasaan Positif dalam Meningkatkan Kesejahteraan Bangsa dan Stabilitas Ekonomi Negara Indonesia

Jumat, 7 Februari 2025 | 11:10 WIB
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (Pixabay/Gerd Altmann)

AYOSEMARANG.COM -Di tengah dinamika globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Dalam konteks ini, Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat hadir sebagai solusi strategis untuk menanamkan nilai-nilai karakter sejak dini. Gerakan ini merupakan wujud nyata dari komitmen Kemendikdasmen dalam mengembangkan sistem pendidikan nasional yang berorientasi pada penguatan karakter bangsa. Dengan menanamkan delapan karakter utama bangsa—religius, bermoral, sehat, cerdas, kreatif, kerja keras, disiplin, mandiri, dan bermanfaat—diharapkan akan lahir generasi yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga memiliki mentalitas kuat untuk membangun bangsa.

Kesejahteraan dan stabilitas ekonomi sebuah negara sangat bergantung pada kualitas SDM yang dimilikinya. Jepang, misalnya, berhasil menjadi salah satu negara dengan ekonomi terkuat di dunia berkat budaya disiplin dan kerja keras yang sudah ditanamkan sejak dini. Data dari World Bank (2023) menunjukkan bahwa negara dengan tingkat disiplin tinggi memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil, dengan rata-rata pertumbuhan PDB di atas 5% per tahun. Indonesia, dengan jumlah penduduk usia produktif mencapai lebih dari 191 juta orang, memiliki potensi besar untuk mengikuti jejak tersebut jika kebiasaan positif dapat diterapkan secara konsisten.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menekankan bahwa pendidikan tidak hanya tentang memberikan pengetahuan, tetapi juga membangun karakter. “Dengan menanamkan tujuh kebiasaan ini, kami berharap dapat membentuk anak-anak Indonesia menjadi pribadi yang cerdas secara intelektual, sosial, dan spiritual,” ujarnya. Hal ini selaras dengan data dari McKinsey & Company (2022) yang menyatakan bahwa negara-negara dengan sistem pendidikan berbasis karakter memiliki tingkat kesejahteraan sosial yang lebih tinggi.

Kolaborasi Lintas Sektor untuk Pembangunan SDM Berkualitas

Kesuksesan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat tidak lepas dari kolaborasi lintas sektor yang melibatkan berbagai kementerian, lembaga, pemerintah daerah, serta organisasi masyarakat. Sekretaris Jenderal Kemendikdasmen, Suharti, dalam laporannya menekankan pentingnya pendekatan terpadu dalam pelaksanaan program ini. “Kami menyadari bahwa membangun generasi emas Indonesia memerlukan dukungan dari semua pihak. Sinergi antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan media adalah elemen penting dalam memastikan keberhasilan gerakan ini,” ujar Suharti.

Salah satu strategi utama dalam mendukung kebiasaan positif adalah melalui keseimbangan dalam pemanfaatan teknologi digital. Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menyoroti perlunya keseimbangan antara penggunaan teknologi digital dan aktivitas fisik. “Di era digital ini, teknologi adalah alat yang bermanfaat, tetapi interaksi sosial dan aktivitas fisik tetap menjadi kunci dalam perkembangan anak,” paparnya. Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika menunjukkan bahwa penggunaan teknologi digital yang berlebihan meningkatkan risiko gangguan mental pada anak sebesar 30%.

Selain itu, sektor kesehatan juga memiliki peran penting. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyoroti meningkatnya kasus gangguan kecemasan pada anak akibat kurangnya interaksi langsung dengan lingkungan sekitar. “Kami mendukung kebijakan yang membatasi paparan digital berlebihan bagi anak-anak dan mendorong mereka untuk lebih banyak berinteraksi secara langsung. Ini penting untuk menjaga keseimbangan mental dan sosial mereka,” ungkapnya. Data WHO (2022) menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki kebiasaan interaksi sosial yang baik memiliki tingkat kesehatan mental yang lebih stabil hingga 40% dibandingkan mereka yang lebih banyak terpapar teknologi digital.

Fenomena Sistem Ekonomi beserta Stabilitas Ekonomi kepada Generasi Muda

Penerapan Sistem Ekonomi Pancasila bukan hanya sebatas gagasan idealistik, tetapi merupakan solusi nyata dalam menghadapi tantangan ekonomi modern. Dengan asas kekeluargaan, gotong royong, dan kerja sama, sistem ini memberikan ruang bagi generasi muda untuk berkontribusi dalam membangun ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Dalam konteks globalisasi dan digitalisasi yang semakin pesat, pemuda Indonesia memiliki peran strategis dalam memastikan stabilitas ekonomi nasional melalui inovasi dan kewirausahaan.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi Indonesia adalah rendahnya rasio kewirausahaan. Saat ini, hanya 3,47% dari total populasi yang berwirausaha, sedangkan standar negara maju menuntut angka minimal 5%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak potensi yang belum tergarap secara optimal. Generasi muda yang cakap dalam teknologi dan memiliki daya kreativitas tinggi harus didorong untuk mengambil peran lebih aktif dalam sektor ekonomi, khususnya dalam pengembangan UMKM berbasis digital.

Perkembangan ekonomi digital di Indonesia memberikan peluang besar bagi generasi muda untuk berkontribusi dalam peningkatan perekonomian nasional. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mencatat bahwa ekonomi digital Indonesia merupakan yang terbesar di ASEAN dengan nilai mencapai US$70 miliar, dan diperkirakan akan terus tumbuh hingga mencapai US$146 miliar pada tahun 2025. Dengan pesatnya pertumbuhan ini, generasi muda dapat menjadi agen perubahan melalui startup, e-commerce, dan bisnis berbasis teknologi yang mendorong perekonomian nasional.

Selain itu, stabilitas ekonomi suatu negara sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan ekonomi. Dalam hal ini, pendidikan kewirausahaan harus menjadi bagian integral dalam sistem pendidikan nasional. Menurut laporan McKinsey Global Institute, Indonesia membutuhkan sekitar 9 juta tenaga kerja dengan keterampilan digital hingga tahun 2030. Oleh karena itu, penguatan pendidikan vokasi dan pelatihan berbasis digital harus menjadi prioritas agar generasi muda dapat beradaptasi dengan perubahan ekonomi global.

Tidak hanya dari sisi pendidikan, dukungan regulasi dan kebijakan dari pemerintah juga memainkan peran penting. Pemerintah telah meluncurkan berbagai program seperti Gerakan Nasional Literasi Digital, Digital Talent Scholarship, dan insentif bagi UMKM digital untuk mempercepat transformasi ekonomi berbasis teknologi. Keberadaan program-program ini harus dimanfaatkan secara optimal oleh generasi muda agar dapat meningkatkan daya saing dan membuka lebih banyak peluang kerja.

Menuju Indonesia Emas 2045

Halaman:

Tags

Terkini

Perlukah Outsourcing Dihapus?

Kamis, 8 Mei 2025 | 11:28 WIB