AYOSEMARANG.COM - Sebulan telah berlalu ketika peserta didik masuk sekolah 100% paska pademi covid-19 dan hampir, tiap kelas yang penulis ampu siswa SMPN 4 Semarang, merasakan semangat belajar peserta didik yang kendor dan ketidakdisiplinannya, baik dalam pembelajaran maupun tugas-tugas yang diberikan.
Sering kali tugas yang diberikan hanya dijawab seadanya bahkan sampai berminggu-minggu beberapa siswa belum juga menyelesaikan tugas
Kondisi seperti ini tidak hanya dialami penulis, hampir semua guru merasakan keluhan ketidakdisiplinan dan rasa tanggung jawab peserta didik yang jauh dari harapan. Hal ini menjadi tantangan bagi penulis untuk mengembalikan semangat belajar peserta didik dengan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab dalam menuntut ilmu.
Bagaimana membangun kedisiplinan dan tanggungjawab dalam melaksanakan tugas rutin untuk meminimalkan kendala-kendala yang dihadapi peserta didik sebagai proses pembelajaran paska masa pandemi covid-19.
Baca Juga: Efektivitas Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
Dua tahun kita terperangkap dalam pandemi covid-19, situasi yang tidak mungkin bagi dunia pendidikan untuk mengajar peserta didik secara tatap muka hingga keluar surat keputusan dari dinas pendidikan, walikota maupun dari menteri pendidikan agar diberlakukan pembelajaran jarak jauh yaitu belajar dari rumah secara online,
Penyebaran covid-19 yang meluas menganjurkan bagi semua warga untuk berada di rumah dan menghindari kerumunan agar mata rantai virus terputus, terutama orang tua dan anak-anak yang rentan dengan virus karena kekebalan tubuh yang menurun dan kurang. Tak terkecuali seluruh sekolah diharuskan belajar dari rumah, bahkan pegawai diseluruh lapisan pemerintah dibagi dalam beberapa porsen WFH dan WFO tergantung dari peningkatan atau penurunan level covid.
Awal mula kondisi ini menjadi sorotan karena berbagai kendala dalam pembelajaran jarak jauh salah satunya tidak semua siswa memiliki HP, tidak semua HP yang dimiliki siswa android sehingga dapat dengan mudah mengikuti pembelajaran, terlebih lagi jaringan tidak memadai, pengeluaran untuk kuota, semua itu menjadi hambatan dalam pembelajaran secara online, namun lambat laut dapat disesuaikan dan akhirnya teratasi dengan mendapat bantuan kuota dari pemerintah. Meskipun demikian kendala tetap ada tapi masih misa diminimalkan.
Waktu yang panjang siswa belajar jarak jauh mempengaruhi kondisi dan situasi belajar siswa, kadang kesadaran peserta didik sebagai penuntut ilmu banyak yang terabaikan karena guru tidak dapat memantau secara langsung, walaupun ketika diabsen saat vicon merea hadir berjalannya waktu ditinggal tidur atau mengerjakan hal yang lain, hal demikian pula menuntut guru mencari cara agar siswa bisa mengikuti pembelajaran sampai selesai dengan tetap semangat.
Di sisi lain jam pembelajaran di waktu normal dengan kurukulum K13 seperti contoh pembelajaran Agama Islam jumlah jam tatap muka ada 3 jam dengan durasi perjam 40 menit, selama masa pandemi hanya mendapat 2 jam tatap muka dengan waktu 30 menit perjam.
Dengan kembalinya pembelajaran tatap muka 100% pengaruh kondisi belajar dari PJJ ke PTM sangat menurun dilihat dari respon siswa ketika mengisi angket yang penulis berikan dari 243 siswa kelas 8 hanya 39 siswa yang senang banget kembali belajar tatap muka, 204 siswa lainya tidak memberi respon, kesimpulan penulis untuk poin ini bahwa peserta didik sudah nyaman dengan PJJ yang mana dari beberapa komentar siswa karena bias mengatur sendiri kapan mau belajar dan bermain game. Jadi bila mereka berada di sekolah momen seperti tersebut terhambat dan semangat untuk belajar tidak ada karena pikiran tertuju ke HP.
Dari kenyataan tersebut penulis berpikir bagaimana mengembalikan semangat belajar peserta didik dengan disiplin dan bertanggung jawab, agar pembelajaran berjalan lancar dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang penulis ampu, langkah awal penulis memberi penyegaran diawal pembelajaran dengan pritest materi pembelajaran minggu yang lalu dengan pemanggilan nomor yang acak, ini bertujuan agar beserta didik sudah menyiapkan diri bila mana nomor urutnya disebutkan dengan demikian di rumah atau sebelumnya mereka sudah belajar. Setiap peserta didik menjawab benar penulis memberi poin 10.
Baca Juga: Biodata Reza Rahadian, Aktor Papan Atas yang Sukses di Banyak Film
Diawal langkah ini masih kurang semangat karena peserta didik belum mempersiapkan diri dari rumah, namun pada minggu berikutnya peserta didik sangat antusias untuk menjawab bahkan bila temannya tidak bisa menjawab yang lain berebutan untuk menjawab karena poin yang ingin mereka kumpulkan.