''Ini bukan tentang menggantikan radiolog. Ini tentang memberi mereka second pair of eyes mata kedua yang tak pernah lelah, tak pernah terburu-buru, dan selalu siap 24 jam. Tentu, jalan masih panjang. Dataset yang digunakan berasal dari satu negara; belum mencakup variasi etnis, usia ekstrem, atau komorbiditas kompleks. Model juga belum bisa membedakan jenis stroke apakah akibat gumpalan jantung, aterosklerosis, atau emboli lainnya,'' ungkap Andi.
Riset ini menjadi langkah penting bagi pengembangan teknologi kesehatan berbasis AI di Indonesia, sekaligus membuka peluang kolaborasi riset lintas negara untuk meningkatkan akurasi dan cakupan diagnosa di masa mendatang.