SEMARANG, AYOSEMARANG.COM -
Sebanyak 12 mahasiswa Universitas Negeri Semarang mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) melalui kegiatan pembelajaran Merdeka Belajar Kampus Merdeka Unnes GIAT (growing, impactful, awareness, teamwork) di Desa Muncar, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Mereka mempersembahkan sebuah tarian yang dibuat khusus untuk desa tersebut.
Mahasiswa Unnes telah berkegiatan di desa tersebut selama empat bulan dan menggelar gebyar budaya dan expo sebagai penutupan KKN pada 26 Juni 2022. Sebanyak 12 mahasiswa yang mengikuti KKN berasal dari Jurusan Seni Drama Tari dan Musik, Teknik Sipil, Ilmu Lingkungan, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Pendidikan Ekonomi, dan Sastra Inggris.
Acara dihadiri antara lain Sekretaris DPRD Kabupaten Semarang, Wakil Camat Susukan, Kepala Desa Muncar, Kapusbang KKN Unnes, dan warga desa. Acara dimeriahkan oleh paguyuban seni di Muncar, di antaranya Reog Langen Turonggo Jati, Karawitan Cinde Laras, dan Rodad Abadi. Kegiatan berlangsung meriah karena setelah lebih dari dua tahun pandemi Covid-19, kegiatan pentas seni mati suri. Kehadiran mahasiswa KKN Unnes memberikan spirit dan kontribusi nyata pada pengembangan potensi Desa Wisata Muncar.
Baca Juga: Info Buat Bunda, Ini Dia 5 Lokasi Baby Spa Pelayanan Maksimal di Semarang
Tari yang diciptakan oleh mahasiswa KKN Unnes diberi judul tari Aswa Dirandra, yang merupakan produk KKN Unnes dalam bidang seni, yakni membuat pengembangan kesenian jaran kepang. “Di Muncar belum ada tarian khusus anak-anak, sehingga saya membimbing mahasiswa untuk menyiapkan tarian khusus anak-anak yang berpijak dari kesenian tradisional di Muncar, yakni jaran kepang,” ujar Lesa Paranti SPd MA, dosen Pendidikan Seni Tari Fakultas Bahasa dan Seni Unnes yang mendampingi mahasiswa, Selasa, 28 Juni 2022.
Lesa menjelaskan, kata aswa berarti jaran atau kuda, sedangkan dirandra merupakan bahasa Sansekerta yang memiliki arti pemberani. “Tarian ini menggambarkan pasukan berkuda yang gagah dan pemberani. Merepresentasikan semangat anak-anak dalam melestarikan seni tradisi, utamanya kesenian jaran kepang,” ungkap Khamdani, Kormades Desa Muncar.
Tarian ini khusus diciptakan untuk anak-anak di Desa Muncar sekaligus sebagai tarian penyambutan jika ada tamu khusus atau pembukaan sebuah acara (welcome dance). Program tersebut sebagai langkah awal untuk mewujudkan harapan Kepala Desa Muncar, M Khoiruddin Bagas, bahwa anak-anak di Desa Muncar harus bisa menari dan menabuh gamelan.
“Anak-anak harus mengenal budaya sendiri. Oleh sebab itu saya sudah sepakat dengan Kepala Sekolah di SD Muncar, syarat lulus SD harus bisa menari dan nggamel (menabuh gamelan),” kata dia.
Baca Juga: Mau Beli Perlengkapan Memancing? Ini 6 Toko Alat Pancing Banyak Koleksi di Semarang, Cek di Sini
Ke depan, tari Aswa Dirandra diharapkan dapat diajarkan kepada anak-anak di Muncar melalui kegiatan ekstrakulikuler di SD sekaligus sebagai welcome dance serta materi eduwisata untuk paket belajar menari. Saat ini Muncar telah menjadi salah satu desa binaan Unnes sehingga akan banyak kerja sama untuk pengembangan.
Kepala Pusat Pengembangan KKN Unnes, Edi Kurniawan, mengatakan bakal menerjunkan kembali mahasiswa ke desa tersebut dalam program Unnes GIAT angkatan 2 dan 3. “Kami juga akan siapkan proposal untuk diikutsertakan dalam Program Matching Fund yang merupakan program pendanaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk penguatan kolaborasi antara perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri,” ujarnya.***