Di pertandingan itu, PSIS masih tertinggal 1-0. Laskar Mahesa Jenar sebetulnya punya banyak peluang namun tak ada satupun yang berbuah hasil. Sampai di penghujung laga, Gustavo Souza yang belakangan sudah menemukan posisi terbaiknya, melepaskan shooting yang gagal dihalau kiper Persija, Carlos Eduardo.
Bola liar terjadi dan mengarah ke kaki Septian David. Seperti Sudi tadi, kalau saja David menghantamnya dengan keras, mungkin hasil akan berbeda. Namun dia malah seolah mengarahkannya ke kiper. Suasana makin runyam, karena jelang peluit panjang wasit, Persija malah menambah keunggulan oleh Gustavo Almeida.
Tadinya saya sempat menyalahkan teknis. Gimana sih bola gampang seperti itu kan bisa tinggal sikat saja. Namun kemudian penilaian itu salah.
Baca Juga: Begini Cara Cek Hasil SNBP 2025, 45 Link Pengumuman Bisa Dilihat di Sini
Alam mungkin hendak menasehati saya, ketika tengah scroll laman Youtube, tiba-tiba saja muncul rangkuman para pemain dunia yang gagal kendati dalam posisi 100 persen gol. Dalam video itu, menampilkan nama-nama pemain berkelas mulai dari Kevin De Bruyne, Edin Dzeko, Cristiano Ronaldo Mohammed Salah sampai Fernando Torres dan banyak lagi.
Kalau ngomongin teknik, kurang apa coba pemain-pemain itu. Artinya, kejadian seperti itu memang bisa saja dialami oleh David dan Sudi. Tapi masalahnya, kehilangan momen krusial bukan itu saja dialami oleh PSIS tapi hampir semua pertandingan musim ini terutama usai balik lagi ke Stadion Jatidiri.
Contoh saat menjamu Persib Bandung, tiga shooting para pemain PSIS baik lewat Gali Freitas, Dewangga dan Reiva hanya membentur tiang gawang. Endingnya PSIS yang harus menerima pil pahit karena kalah. Atau bukan perkara tiang, tapi entah kenapa jika melawan PSIS, banyak kiper yang tiba-tiba saja jago sehingga semakin membuat barisan lini depan PSIS tampak medioker.
Sebagai seseorang yang sempat menjadi pemain bola kendati amatiran, saya percaya sepakbola tak melulu soal teknis. Ada non teknis juga yang berperan. Ketika bola digulirkan dari kaki ke kaki, tak selamanya dia akan berjalan sesuai kehendak. Ada nasib, dan mungkin kerja tangan Tuhan sehingga nantinya akan menentukan apakah hasil akhir milikku, atau milikmu atau remis.
Secara permainan, menurut saya PSIS tidak buruk. Gilbert Agius dalam hal ini saya kira cukup jenius. Dengan materi kelas 2, dia mampu meracik tim dengan cukup baik. Untuk sekarang, setelah berbagai hal pahit tadi, saya ambil kesimpulan, musim ini PSIS memang apes. Seperti dikutuk.
Baca Juga: Pengendara Motor Terjepit Truk di Jalan Walisongo Semarang, Untungnya Masih Selamat
Sejak awal musim misalnya. Ketika hendak memulai kompetisi, PSIS sudah kehilangan Sudi Abdallah karena cedera di pertandingan pertama saat menjamu Persita Tangerang. Sebagai pengganti Sudi, didatangkan Evandro.
Evandro yang baru saja tiba dan mulai pemanasan, eh kok ya ikut cedera. Pemain asing sempat komplet, namun kini balik lagi banyak yang absen (dengan berbagai perkara runyam).
Saya kemudian teringat Tommy Shelby, tokoh utama dalam serial Peaky Blinders. Sebagai orang gipsy, Tommy percaya kutukan.
Ketika ada sesuatu yang menggangu bisnis atau kehidupannya, dia mengkambinghitamkan kutukan itu dan berusaha menyingkirkannya.
Cara yang dia lakukan macam-macam, dengan membuang sebuah benda yang dia anggap sarang kutukan atau dengan membunuh seseorang yang dia nilai sebagai medium kutukan itu.