SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Forum Pemuda Rantau Sumsel (Sumatera Selatan) di Semarang mengadu kepada KPU Jateng, Selasa 14 Mei 2024.
Kedatangan Forum Pemuda Rantau Sumsel ke kantor KPU Jateng ini bertujuan untuk memohon kemudahan dalam partisipasi Pilkada yang tidak lama lagi bakal diselenggarakan.
Saat berkonsultasi ke KPU Jateng, Forum Pemuda Rantau Sumsel tersebut mengaku merasa keberatan jika mereka harus pulang dulu ke kampung halaman terutama dalam perkara ongkos.
Nadiya Sekar Kinanti, Sekretaris Forum Pemuda Rantau Sumsel menjelaskan berdasarkan hasil dari audiensi ternyata untuk sekarang hak suara mereka di Jateng belum memungkinkan.
Baca Juga: Sekolah atau Warga Bisa Minta Bantuan Polisi, Cek Bus Pariwisata Sebelum Liburan
"Karena dari secara adminitrastif belum memungkinkan jadi dari Jateng sudah ada hak suara berapa terus di Sumsel berapa jadi harus sesuai adminitrasi. Walaupun sebenarnya secara De Facto tidak memungkinkan untuk sekarang yang terdata kurang lebih 300. Sementara di Semarang saja masih banyak juga yg belum terdata. Untuk di semarang sendiri baru bisa dicoblos di luar daerah adminitrasi itu DPD dan Pilpres. Tapi Pilgub dan Kepala Daerah belum bisa diluar adminitrasi," ungkapnya.
Kemudian Nadiya juga mengeluhkan apabila dia harus pulang dulu tentu saja itu cukup merepotkan baginya.
Terlebih jika pulang dengan satu komunitasnya, dia cukup keberatan karena ongkos akomodasi tidak murah.
"Jadi ini terancam Golput 300 orang hak asasi padahal hak pemilihan ini termasuk hak asasi tapi untuk sekarang UU Itu belum memfasilitasi," ujarnya.
Baca Juga: Menghadapi Era Digital: Generasi Islami dan Tantangan Gawai
Kemudian dari Pembina Forum Pemuda Rantau Sumsel Cerry Abdullah menyampaikan jika rekan-rekannya kebanyakan dari Sumatera Selatan yang tersebar di 17 Kabupaten/Kota.
"Dari daerah mana saja yg pasti mereka bakal memilih calon walikota/bupati, karena belum UU memfasilitasi terkait hak-hak suara yang dirantau ini kemungkinan besar kita golput, sangat disayangkan," tambahnya.
Cerry juga menyayangkan apabila mereka golput, hak suara mereka berpotensi dipakai secara tidak hormat.
"Pasti ada kekhawatiran, kita pikirkan makanya sampai hari ini kita tetap berusaha bagaimanapun suara kita tersalurkan agar tidak dipakai orang lain," sambungnya.