SEMARANG, AYOSEMARANG.COM – Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Semarang secara tegas menolak kehadiran Bajaj Maxride di ibu kota Jawa Tengah.
Mereka menilai moda transportasi berbasis aplikasi tersebut berpotensi menambah kepadatan lalu lintas sekaligus mengganggu estetika kota.
Ketua Organda Kota Semarang, Bambang Pranoto Purnomo, menjelaskan keputusan penolakan diambil dalam musyawarah Paguyuban Angkutan Kota Semarang pada Sabtu 27 September 2025.
Dalam forum itu turut hadir perwakilan transportasi daring seperti Gojek, Grab, dan Maxim.
Baca Juga: Review Samsung Galaxy S25 FE: Partner Terbaik Content Creator dengan Harga Terjangkau
“Rapat tersebut menyepakati untuk menolak keberadaan maupun operasional bajaj di Kota Semarang,” ujar Bambang kepada wartawan, Senin 29 September 2025.
Bambang juga menyoroti kemunculan Bajaj Maxride yang dinilai mendadak tanpa koordinasi.
“Kalau istilah orang Jawa, ujug-ujug. Tiba-tiba sudah ada di jalan-jalan protokol. Kehadirannya justru menambah kesemrawutan lalu lintas,” tandasnya.
Menurut Bambang, penolakan tersebut bukan berkaitan dengan kekhawatiran turunnya omzet sopir angkot maupun driver transportasi daring.
“Ini bukan soal pendapatan, melainkan komitmen bersama pelaku transportasi untuk menjaga wajah Kota Semarang agar tetap tertata,” tegasnya.
Baca Juga: Ikut Tangani Keracunan MBG, Pemprov Jateng Terjun Lapangan Cari Penyebab
Sementara itu, salah seorang pengemudi ojek online, Cak Thomas, membenarkan adanya rapat dan kesepakatan bersama tersebut.
Ia menilai kehadiran bajaj justru berpotensi memperburuk kondisi para driver yang saat ini sudah kesulitan mencari penumpang.
“Pendapatan kami saja sudah pas-pasan. Kalau ada tambahan pesaing baru, otomatis akan semakin tergerus. Prinsipnya ojol di Semarang juga menolak,” ujarnya.