SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Upaya menanamkan kecintaan terhadap budaya lokal terus digelorakan di Kabupaten Jepara. Salah satunya lewat kegiatan Pelatihan Seni Budaya Ukir Kayu Jepara untuk Anak Usia 10–12 Tahun yang digelar di Desa Senenan, Minggu 5 Oktober 2025.
Kegiatan yang diinisiasi oleh para pemuda pecinta budaya dan didukung para pengrajin ukir ini bertujuan mengenalkan seni ukir khas Jepara kepada generasi muda, sekaligus menanamkan nilai-nilai kesabaran, ketekunan, dan kreativitas dalam berkarya.
Bekerja sama dengan komunitas Sahabat Lestari, pelatihan ini menjadi wadah pembelajaran sekaligus ruang temu antara pengrajin senior dan anak-anak. Jepara yang telah dikenal sebagai Kota Ukir dunia diharapkan terus melahirkan penerus yang bangga dengan identitas budayanya.
“Kami ingin anak-anak melihat seni ukir bukan hanya sebagai hiasan atau kerajinan, tapi sebagai bentuk ekspresi diri dan kebanggaan daerah,” ujar Afwan Idzil Akbar Syah, Ketua Penyelenggara.
Baca Juga: Kosakata Baru Bahasa Indonesia Kelas 2 Halaman 97 dan Kunci Jawabannya
Selama kegiatan, para peserta mengikuti Workshop Ukir Dasar, Lomba Gambar Pola Ukir Tradisional, Kunjungan Studio Ukir, hingga Pameran Mini Hasil Karya. Anak-anak diajak memahami makna di balik motif ukiran Jepara dan berinteraksi langsung dengan pengrajin.
Sebanyak 100 anak dari berbagai wilayah di Jepara dan sekitarnya turut ambil bagian, didampingi oleh 20 pengrajin ukir serta 50 guru dan orang tua. Acara berlangsung dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB di Ruang Belajar Ukir Jepara, Desa Senenan.
Budayawan sekaligus pengukir senior, Sutrisno, yang menjadi mentor dalam kegiatan ini mengaku bangga melihat antusiasme anak-anak.
“Saya bahagia melihat semangat mereka. Ini bukti bahwa seni ukir Jepara masih hidup di hati generasi muda,” katanya.
Baca Juga: Meski Kalah, Ega Nilai Permainan PSIS Semarang Jauh Lebih Hidup saat Lawan Barito Putera
Lewat kegiatan ini, penyelenggara berharap seni ukir dapat terus lestari dan menjadi kebanggaan bersama masyarakat Jepara, bukan hanya sebagai keterampilan tangan, tapi juga sebagai warisan budaya yang membentuk karakter.