AYOSEMARANG.COM -- Sejumlah wilayah di Kota Semarang hingga, Rabu 29 Oktober 2025 pagi, masih terendam banjir setelah diguyur hujan deras selama beberapa hari terakhir. Ratusan warga terpaksa dievakuasi ke tempat aman akibat air yang tak kunjung surut.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, banjir melanda 24 kelurahan di 5 kecamatan. Wilayah terdampak terparah berada di Kecamatan Semarang Utara, meliputi Kelurahan Panggung Lor, Panggung Kidul, Bulu Lor, Tanjung Emas, Bandarharjo, Purwosari, dan Dadapsari.
Di Kecamatan Gayamsari, genangan terjadi di Kelurahan Siwalan, Tambakrejo, Kaligawe, dan Sawah Besar dengan ketinggian air antara 10 hingga 80 sentimeter. Kondisi serupa juga dialami Kecamatan Genuk, mencakup Kelurahan Genuksari, Gebangsari, Banjardowo, Bangetayu Kulon, Terboyo Wetan, Trimulyo, dan Muktiharjo Lor.
Baca Juga: Jalur Alternatif Semarang Kudus Hindari Banjir dan Macet, Perjalanan Lancar!
Adapun di Kecamatan Pedurungan, air menggenangi Kelurahan Tlogosari Kulon, Muktiharjo Kidul, dan Tlogomulyo dengan ketinggian 10–50 sentimeter. Sementara Kelurahan Sarirejo di Kecamatan Semarang Timur turut terdampak dengan genangan air mencapai 15–45 sentimeter.
"Ada 63.400 jiwa atau 21.125 kepala keluarga yang terdampak banjir," ungkap Kepala BPBD Kota Semarang, Endro P Martanto.
Tiga Warga Tewas, Satu Masih Hilang
Endro menyampaikan, tiga warga dilaporkan meninggal dunia, sementara satu orang masih dalam pencarian setelah terseret arus deras.
Pemerintah Kota Semarang, lanjutnya, terus mengintensifkan upaya penanganan darurat, mulai dari penyaluran bantuan logistik, evakuasi warga, hingga rekayasa cuaca untuk mengurangi curah hujan di wilayah hulu.
Baca Juga: Dua Anak Hanyut di Pedurungan Semarang, Satu Orang Sudah Ditemukan
"Logistik kami salurkan melalui Posko Kebencanaan Kota Semarang. Saat ini, pengungsi di Posko Kelurahan Muktiharjo Kidul berjumlah 22 jiwa dan di Posko USM sebanyak 17 jiwa," jelasnya.
Endro menegaskan, tantangan terbesar dalam penanganan bencana ini adalah keterbatasan dalam mengendalikan cuaca ekstrem.
"Alam tidak bisa dilawan. Tugas kami adalah mengurangi risiko dan memastikan keselamatan warga," tegasnya.