semarang-raya

Ikut Rayakan Hari Raya Waisak di Vihara Tanah Putih Semarang, Umat Budha Terhibur Guyonan Lintas Agama

Kamis, 23 Mei 2024 | 12:34 WIB
Umat Lintas Agama saat mengunjungi Vihara Tanah Putih Semarang dalam perayaan Hari Raya Waisak. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Usai ibadah Hari Raya Waisak di Vihara Tanah Putih Semarang, umat Budha mendapat kejutan karena dikunjungi berbagai umat agama lain, Kamis 23 Mei 2024.

Setelah memasuki Vihara Tanah Putih Semarang, umat lintas agama mendatangi para bhante dan melakukan salam-salaman untuk mengucapkan Hari Raya Waisak.

"Namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhassa," (Persujudan kepada Beliau, Yang Berbekah, Yang Maha Suci, Yang telah Mencapai Penerangan Sempurna oleh diri sendiri).

Doa yang cukup teduh untuk dirapal di akhir ibadah umat Budha Vihara Tanah Putih Semarang dalam Hari Raya Raya Waisak. Namun yang lebih meneduhkan lagi, doa itu diucapkan oleh Sekjen Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Indonesia, Taslim Sahlan.

"Sudah betul belum Bhante?" tanya Taslim ke Kepala Vihara Tanah Putih, Bhante Cattamano Mahathera.

"Betul, tapi masih kumisan," timpal Bhante.

"Baiklah, habis ini saya cukur gundul," kata Taslim, yang kemudian memantik tawa para umat.

Baca Juga: Mengenal Kopi Khas Kendal, Ada yang Beraroma Pisang dan Nangka

Ibadah umat Budha Semarang di Vihara Tanah Putih diawali dengan prosesi Pindapata. Pindapata mengawali prosesi ibadah pada pukul 08.00. Di mana para umat Buddha memberikan bahan makanan hingga uang kepada para biksu dan atthasilani.

Lalu, prosesi selanjutnya adalah Puja Pradaksina. Yaitu mengelilingi candi sebagai bentuk penghormatan.

Ditemui usai ibadah, Bhante Cattamano Mahathera menyampaikan jika Hari Raya Waisak di viharanya kali ini mengangkat tema “Memperkokoh Persatuan dan Keberagaman”.

Kata Cattamano, tema itu dipilih karena ia menyadari bahwa Indonesia tidak hanya terdiri dari satu golongan saja. Melainkan terdiri dari terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama. Oleh karenanya, semuanya perlu menjaga persatuan itu secara bersama-sama.

“Itu harus kita dasari dari dalam diri kita, terutama kita mempunyai perilaku-perilaku yang baik sehingga orang lain juga akan ikut mencontoh, dan meneladani hal-hal yang baik,” ucapnya.

Kemudian perilaku yang baik, antara lain harus memiliki budaya akan rasa malu. Artinya, umat manusia haruslah malu untuk berbuat jahat serta takut akan akibat dari perbuatan jahat itu.

Halaman:

Tags

Terkini