semarang-raya

Pejalanan Biksu Thudong Langkahi Negara demi Negara untuk Ritual Kuno: Latih Kesabaran, Kuku Lepas Dijahit Sendiri

Rabu, 7 Mei 2025 | 17:50 WIB
Biksu Thudong saat melanjutkan perjalanan melewati Jalan Pahlawan Kota Semarang. Ritual kuno ini bermakna besar bagi para biksu. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Terhitung mulai hari ini, Biksu Thudong meneruskan perjalanannya ke Candi Borobudur usai barang sejenak menyambangi Kantor Gubernur Jateng, Rabu 7 Mei 2025. Thudong adalah ritual kuno yang sudah dilakukan oleh Sang Budha atau Sidharta Gautama.

Welly Widadi, Ketua Umum Thudong 2025 Commite menjelaskan para biksu yang melaksanakan thudong sudah melalui berbagai aral melintang, baik dari cuaca maupun kerasnya jalanan.

Pengalaman paling tak terlupakan adalah ketika salah seorang biksu mengalami kuku lepas di perjalanan.

Ketika mengalami kuku lepas itu, posisi biksu tengah berada di jalanan yang jauh dari pemukiman di sebuah wilayah di Malaysia. Alhasil, para biksu melakukan spekulasi, yakni dijahit sendiri.

Baca Juga: Jarak Aman Minum Susu dan Air Kelapa Setelah Minum Obat: Cegah Efek Samping dan Obat Tak Bekerja

"Luka dijahit sendiri, pakai jarum sendiri, pakai benang sendiri. Itu kalau sudah kita tidak menemui medis ya, biasanya biksu itu kalau sepanjang Thailand, Malaysia itu mereka hanya melewati seperti hutan, perkebunan. Nah, itu kan jarang ada medis, mereka melakukan sendiri," ungkapnya.

Meski demikian, biksu tidak mengeluhkan hal itu. Mereka tetap gaspol dan jalan terus karena sebelumnya mereka sudah belajar juga mengenai ilmu medis.

Lebih lanjut Welly menambahkan jika rata-rata, para biksu sudah dua sampai tiga kali mengikuti ritual thudong ke Indonesia. Namun kalau agendanya sekitar Thailand, India dan Nepal, mereka sudah cukup sering melakukan.

Meski demikian Welly menyebut tidak ada tempat yang enak atau tidak enak, masing-masing negara punya karakteristik masing-masing, terlebih lagi para biksu ini niat awalnya adalah ibadah, bukan plesir.

Baca Juga: Hangatnya Sambutan Nasmoco Gombel untuk 36 Biksu Thudong dalam Perjalanan Spiritual Menuju Borobudur

"Itu semua punya karakter masing-masing ya. Kalau panas semua juga ada karakternya, tapi di Indonesia ini masih relatif lebih nyaman buat mereka berjalan seperti itu," ungkapnya

Salah satu biksu thudong dari Indonesia, Jinavaro menyampaikan persiapan yang dilakukan yang paling utama adalah fisik.

Para biksu ini terlatih untuk jalan cepat. Menurutnya, apabila orang bisa melakukan 3 langkah, para biksu harus melakukannya dengan satu langkah.

"Maka itu para bante Tudong kenapa bisa jalan cepat ya? Ya karena para bante Tudong itu sudah terbiasa naik turun gunung, keluar masuk hutan. Jadi enggak asinglah. Saya pernah ketinggalan jauh sekali. Sampai bendera enggak kelihatan. Kejar-kejar. Aduh enggak kelihatan kejar," terangnya.

Halaman:

Tags

Terkini