semarang-raya

Harga Cabai Tembus Rp80 Ribu, Pemkot Semarang Bergerak Jelang Nataru

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:17 WIB
Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng saat melakukan pemantauan harga kebutuhan pokok di Pasar Rasamala Banyumanik. (Instagram/semarangpemkot)

AYOSEMARANG.COM -- Pemkot Semarang memperketat pengawasan harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok dan barang penting (bapokting) menjelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru).

Langkah ini dilakukan untuk menjaga stabilitas harga, menekan inflasi daerah, serta melindungi daya beli masyarakat di tengah peningkatan konsumsi akhir tahun.

Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng bersama jajaran Forkopimda dan organisasi perangkat daerah turun langsung ke lapangan, Sabtu 13 Desember 2025.

Baca Juga: Manajemen Baru PSIS Dapat Restu Wali Kota Semarang, Target Selamat dari Degradasi

Pemantauan dilakukan di Pasar Rasamala Banyumanik dan Superindo Sukun, dua titik yang merepresentasikan pergerakan harga di pasar tradisional dan ritel modern.

Dari hasil pengecekan di pasar tradisional, sebagian besar komoditas terpantau masih bergerak stabil. Namun, tekanan harga terlihat pada komoditas cabai.

Cabai merah dijual di kisaran Rp 60.000 hingga Rp 70.000 per kilogram, sementara cabai rawit menembus Rp 80.000 per kilogram.

“Perbedaan harga ini dipengaruhi jalur pasokan. Pedagang yang mengambil cabai langsung dari daerah produsen seperti Bandungan bisa menjual lebih murah dibanding yang mengambil dari pasar induk,” kata Agustina dikutip Ayosemarang.com, Selasa 16 Desember 2025.

Menurutnya, kondisi tersebut mencerminkan pentingnya efisiensi rantai distribusi pangan. Semakin panjang jalur pasok, semakin besar potensi kenaikan harga di tingkat konsumen, terutama saat permintaan meningkat tajam menjelang Nataru.

Baca Juga: Ditolak Berhubungan Badan, Pria di Semarang Nekat Aniaya Perempuan

Pemkot Semarang mendorong perbaikan tata niaga dan distribusi pangan agar lebih pendek dan efisien. Upaya ini dinilai krusial sebagai instrumen pengendalian harga, khususnya untuk komoditas hortikultura yang rentan berfluktuasi.

Berbeda dengan pasar tradisional, pemantauan di pasar modern menunjukkan sejumlah komoditas strategis justru dijual dengan harga lebih rendah.

Beras, telur, dan daging ayam terpantau relatif terjangkau, dengan ketersediaan stok yang dinilai aman. Meski demikian, telur menjadi komoditas yang mendapat perhatian khusus di pasar tradisional.

“Permintaan telur sangat tinggi, sementara stok saat ini masih dihitung per dua hari. Ini cukup riskan, sehingga suplai harus benar-benar dijaga,” sambungnya.

Halaman:

Tags

Terkini