KENDAL, AYOSEMARANG.COM -- Maraknya gerakan dakwah inteloransi dan radikalisme di media sosial membuat Gerakan Pemuda Ansor harus belajar memahami literasi digital.
Langkah ini sebagai upaya untuk bisa menangkal dakwah intoleran dan radikal ini.
Di zaman serba digital sekarang ini menjadi kemudahan dalam hal apapun. Terutama dalam kecepatan informasi.
Baca Juga: Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar dan Persyaratan KJP Plus Tahap 1 Tahun 2022
Informasi bisa diakses di manapun. Hal ini juga terjadi dalam dunia dakwah Islam yang saat ini marak di media sosial.
Dakwah konvensional mulai sedikit. Sedangkan dakwah secara online mulai banyak dilakukan.
“Sekarang ini bertebaran dakwah yang justru mengedepankan intoleransi dan radikalisme. NU dan banomnya harus ikut ambil peran, jangan hanya bisa mengkritik atau jadi konsumen saja,” kata Guru Besar Ilmu Fiqih UIN Walisongo, Prof Dr Abdul Ghofur MA saat menjadi pembicara dalam focus group discussion (FGD) yang digelar PAC GP Ansor Kaliwungu.
Baca Juga: Destinasi Wisata di Kendal Harus Ikut Berdayakan UMKM Lokal
FGD bertajuk Peran dan Tantangan GP Ansor di Era Digital digelar usai pelantikan bersama PR GP Ansor se-Kaliwungu.
Menurutnya, cara yang harus dipahami adalah tahu literasi digital.
Yakni memahami kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum.
“Sehingga dakwah NU bisa diterima masyarakat secara luas dan mencerahkan masyarakat,” tandasnya.
Hal senada dikatakan Ketua PC GP Ansor Kendal, Misbahul Munir. GP Ansor dibentuk adalah untuk perjuangan menjaga NKRI dari serangan penjajahan belanda saat itu.
Nah sekarang ini, perlu untuk ditegaskan kembali perjuangan di era digital.