SEMARANGSELATAN, AYOSEMARANG.COM -- Bahasa atau dialek semarangan juga diwarnai sejumlah kata yang diadopsi dari prokem semarangan.
Prokem Jawa lebih dikenal sebagai basa walikan (bahasa kebalikan) yang muncul di Semarang, Yogyakarta, Solo, Malang dan Surabaya.
Hartono Samidjan, dalam bukunya "Halah Pokokmen Kupas Tuntas Bahasa Semarangan" menuliskan, jika setiap kota memiliki rumusan basa walikan yang berbeda.
Baca Juga: Dukung Atlet NPC Berlaga di Luar Negeri, Kantor Imigrasi Solo Layani Pembuatan Paspor
"Bahasa tersebut diciptakan sebagai bahasa sandi kalangan tertentu. Biasanya kaum preman. Namun dalam perkembangannya, basa walikan menjadi bahasa pergaulan kalangan anak muda, dari masyarakat pinggiran hingga gedongan," ujarnya.
Hartono menerangkan, adapun prokem semarangan atau basa walikan lahir dari kalangan gabungan anak liar (gali) pada era tahun 1970-an dan biasa dipakai di lingkungan terminal atau pasar.
"Bahasa tersebut diciptakan dengan menukar urutan aksara jawa," imbuhnya.
Perumus bahasa prokem semarangan (siapa orangnya tak diketahui) membagi 20 aksara Jawa menjadi dua bagian.
Baca Juga: Harga Minyak Goreng di Indonesia Tembus Rp50.000, Termahal di Asia Tenggara?
Yakni 10 aksara pertama dibaca sesuai urutannya. Sedangkan 10 shuruf sisanya dibaca dengan urutan terbalik.
10 aksara pertama Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La dan 10 aksara kedua yang dibalik menjadi Nga, Tha, Ba, Ga, Ma, Nya, Ya, Ja, Dha, Pa.
Suku kata atau huruf dari kata yang dibentuk kemudian ditukar sesuai dengan pasnagannya. Misal Ha diganti Nga, Na diganti Tha, Ca diganti Ba, dan seterusnya.
Berikut contoh basa walikan dialek semarangan.
Bapak : Calam
Bojo : Coso
Mangan : Kahath
Rokok : Gomom
Wedhok : Dhenyom, artinya berkembang jadi gadis, perempuan, dan pacar.