kendal

Teng-tengan! Kemeriahan Kampung Ragam Warna Kaliwungu Sambut Maulid Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 8 Oktober 2022 | 11:23 WIB
Lampu beraneka warna menghiasi kampung Ragam Warna di Desa Kutoharjo Kaliwungu untuk menyambut Maulud Nabi Muhammad SAW. (edi prayitno/kontributor Kendal)

KENDAL, AYOSEMARANG.COM -- Kemeriahan menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi Muhammad SAW selalu dilakukan masyarakat di Kaliwungu.

Banyak tradisi yang dilakukan mulai dari Ketuin atau weh-wehan, membaca salawat hingga memasang lampion yang dikenal dengan teng-tengan.

Berkembangnya jaman tradisi memasang teng-tengan mulai pudar sehingga banyak orang yang rindu dengan suasana kemeriahan menyambut maulud Maulid Nabi Muhammad SAW.

Membangkitkan kembali kemeriahan tersebut sembari bernostalgia akan suasana seperti dulu, Kampung Ragam Warna di Desa Kutoharjo Kaliwungu disulap menjadi kampung bertabur cahaya lampu.

Tidak lagi menggunakan lampion atau teng-tengan, sepanjang jalan ini dihiasi lampu beraneka warga dengan ornamen payung kertas.

Wiwik Wijaya konseptor dan penggagas kampung Ragam Warna mengatakan, didasari kerinduan saat masa kecil hampir setiap rumah di Kaliwungu memasang teng-tengan saat perayaan maulud nabi kemudian tergerak untuk kembali mengenang masa itu.

“Ini sebuah kerinduan saya saat masih kecil, di Kaliwungu saat maulud pasti meriah dengan lampu lampion atau teng-teng-an. Sekarang dengan perkembangan jaman banyak yang sudah jarang yang memasang dan digantikan dengan lampu,” jelasnya Jumat 07 oktober 2022 malam.

Setelah berdiskusi dengan remaja di Kampung Ragam Warna ini, ia mencoba untuk membangkitkan kembali masa itu dan mengenang kemeriahan saat dulu waktu masih kecil.

“Kita coba adakan lomba foto dengan tema maulud nabi dan merekam tradisi yang ada di Kaliwungu melalui karya foto. Nanti foto bisa diunggah di media sosial sehingga dapat mengenalkan tradisi ketuin ke banyak orang,” imbuhnya.

Dirinya berharap tradisi memasang lampu beraneka warna ini bisa kembali dilaksanakan diseluruh kampung di Kaliwungu sehingga bisa kembali meraskan kemeriahan Maulud Nabi Muhammad SAW seperti dulu.

“Saat ketuin anak-anak keluar rumah dengan baju baru dan berkeliling kampung yag dihiasi lampu dan lampion beaneka bentuk. Dan inilah yang coba kita gelorakan lagi,” terang Wiwik.

Untuk membangkitkan kembali tradisi yang masih berkembang di Kaliwungu tidak perlu anggaran yang besar, karena kesadaran masyarakat untuk melestarikan tradisi inilah menjadi kunci utama sehingga tetap berkembang.

Tags

Terkini

Sebanyak 21.246 Surat Suara Rusak di Kendal Dibakar

Rabu, 14 Februari 2024 | 15:13 WIB