SEMARANG, AYOSEMARANG.COM -- Apabila melewati Jalan Petolongan atau tepatnya di depan Masjid Pekojan Semarang ada sebuah penanda dengan huruf Tionghoa dan tertempel di tembok.
Bagi orang awan, penanda berhuruf Tionghoa di depan Masjid Pekojan Semarang itu hanya sekadar tempelan dinding biasa.
Padahal kata Pemerhati Sejarah Kota Semarang Johanes Christiono, penanda Tionghoa di depan Masjid Pekojan Semarang itu punya sejarah panjang.
Baca Juga: Punya Konsep Baru, Pasar Semawis Semarang akan Digelar di Gang Baru Pecinan
Kata Johanes, tempelan itu adalah prasasti tolak bala. Sesuai namanya, prasasti itu dulu tidak menyatu dengan tembok bangunan.
"Awalnya area kuburan orang Tionghoa. Namun lambat laun karena pemukiman terus tumbuh, akhirnya pemakaman dipindahkan meskipun prasasti tolak bala masih dipertahakan," katanya.
Lebih jauh, Johanes menjelaskan, prasasti itu dibuat pada 1979 dan terdapat tulisan Lam Boe O Mie Too Hoet Kiat An.
Dahulu area pemakaman itu selain karena semakin banyak penduduk juga diminta untuk pindah oleh Pemerintah Belanda.
Baca Juga: Sejarah Kedatangan Dewa Obat di Kota Semarang, Penyembuh Wabah Penyakit dari Tiongkok
"Karena jumlah orang Tionghoa semakin banyak, Belanda meminta kepada Kapiten On Hot Sing untuk memindah kuburan yang ada di Petolongan untuk dijadikan perumahan," katanya.
Pemakaman Tionghoa akhirnya memang dipindah ke berbagai tempat khususnya di Gergaji atau di Jalan Menteri Soepono yang sekarang disebut Bong Bunder.
"Bong Bunder masih sering diziarahi terutama saat Perayaan Cheng Beng," katanya.
Selain Bong Bunder, Johanes juga menjelaskan sebagain besar beberapa daerah di Kota Semarang itu adalah pemakaman.
Baca Juga: Tak Hanya Sarat Sejarah, Sendang Nyi Renggo di Kranggan Dalam Semarang Juga Punya Kisah Mistis