KAMUS SEMARANGAN Mulai dari Kata jebat, Jebule, Jembet, Simak Artinya di Sini

- Selasa, 21 Juni 2022 | 20:00 WIB
Kali Semarang yang melintas di bawah Jembatan Berok Semarang. Ilustrasi kosakata dialek semarangan  (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Kali Semarang yang melintas di bawah Jembatan Berok Semarang. Ilustrasi kosakata dialek semarangan (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANGTENGAH, AYOSEMARANG.COM -- Berikut ini ulasan mengenai kosakata dialek semarangan yang bisa Anda ketahui.

Adapun kosakata dialek semarangan kali ini merupakan lanjutan artikel sebelumnya.

Yang mana, kosakata dialek semarangan kali ini akan dimulai dari jebat hingga jembet. Apa saja artinya, simak ulasannya di bawah ini.

Blaik, dewe isa telat ki, piye jal (Wah kita bisa terlambat, terus bagaimana ini? Kalimat di atas menjadi bahasa tutur khas Semarangan yang sering didengar.

Baca Juga: Bukan Gunungpati atau Banyumanik Kecamatan Terluas di Kota Semarang, Cek di Sini Jawabannya

Selain tingkat turun kata cenderung ngoko, keunikan lain dari bahasa Semarangan adalah dapat dikenali lewat cara pengucapan yang lugas dan hampir diakhiri dengan partikel "ik, ok, deng, ta, atau jal".

Hartono Samidjan, peneliti bahasa Kota Semarang dan penulis buku Halah Pokokmen mengatakan, paartikel "ok" biasanya berfungsi memberikan penekanan pada kata kerja dalam kalimat pernyataan.

"Contohnya, 'aku wis bali ok (saya sudah pulang), aku bar mangan ok (aku sudah makan), dhekne durung reti ok (dia belum tahu)'," ujarnya dalam keterangan tertulis.

Partikel "ta", lanjut Hartono, biasanya erat hubungannya untuk penekanan pada kata keterangan dalam kalimat pernyataan.

"Contohnya, 'ya wis ta, nek koe rak gelem dikandhani (ya sudahlah, kalau kamu tidak mau dinasehati), nek saiki rak isa, ngeterkene barang sesuk wae ta ( kalau sekarang tidak bisa, sebaiknya antar barang itu besok saja)'," imbuhnya.

Baca Juga: Carlos Fortes Ciamik! PSIS Semarang Menangkan Derby Jateng, Libas Persis Solo 2-1

Hartono menambahkan, partikel "ta" biasanya sering ditambah "ya" untuk penekanan pada kata sifat atau kata keterangan dalam kalimat perintah. Contohnya, "jajanane dipangan sek ta ya" (Ayo, makan dulu makanannya). "Ben rak teles kena banjir, sepatune dicopot sek ta ya" (Biar tidak basah terkena hujan).

Selanjutnya, partikel "dhing" yang dipakai untuk memberikan penekanan pada kata sifat, kata keterangan, dan kata kerja untuk kalimat pasif. Contohnya, seng ijo dhing, seng tengah dhing, rak isa dhing, kowe digathaki dhing.

Sementara partikel "jal" biasanya menyatu atau satu paket dengan kata "piye" yang kemudian membentuk frasa khas semarangan, pie jal? Yang bisa diartikan (kalau sudah begini, lalu bagaimana?) "Misalnya, 'Blaik, dewe isa telat ki, piye jal" (Wah kita bisa terlambat, terus bagaimana ini'," terangnya.

Halaman:

Editor: Vedyana Ardyansah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X