Kampung Tematik Dinilai Kurang Tepat dalam Pemberian Nama

photo author
- Selasa, 16 Juli 2019 | 15:27 WIB
Pembicara dialog interaktif, bertema
Pembicara dialog interaktif, bertema

SEMARANG TENGAH, AYOSEMARANG.COM-- Beberapa kampung tematik dinilai kurang tepat dalam penamaannya yang tidak sesuai dengan potensi yang ada. Bahkan beberapa masyarakat pun tidak tahu nama tema kampung tematik di wilayahnya.

Akademisi dari Universitas Dian Nuswantoro Semarang, Fibriyani Nur Aliya mengungkapkan, persoalan mati surinya kampung tematik diakibatkan salah penamaan. Hal itu berdasar kajian penelitiannya terkait kampung tematik di Semarang yang kurang memperhatikan tiga aspek dalam membentuk kampung menjadi khas.

"Idealnya program pemerintah by research dan kolaborasi dengan akademisi. Kampung tematik sedari awal tidak sesuai dengan potensi daerah tersebut," beber Dosen Ilmu Komunikasi Udinus, saat acara dialog interaktif, bertema \"Kampung Tematik Untuk Peningkatan Perekonomian Masyarakat Kota Semarang ISO KAS!\" di Aula Gedung H.7 Universitas Dian Nuswantoro.

Hadir sebagai pembicara yakni, Slamet Budiutomo, S.Ag., SH., M.Hum, Kabid Perencanaan Pemerintahan Sosial, dan Budaya Bappeda Kota Semarang, Devi Purnamasari, M.I.Kom, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nuswantoro, Suryo Hadisaputro, Ketua Kampung KB, Sekretaris Jajan Pasar Kampung Tematik Gajahmungkur dan Gabriella Vania Via Eustavia, Denok Kota Semarang 2019.

AYO BACA : Posyandu dapat Kunjungan Mahasiswa Asing

Dalam penelitiannya yang dimulai Oktober 2018 hingga April 2019, dia mencontohkan salah satu kampung tematik yang mati suri ada di Kelurahan Tanjung Emas Semarang, yang bernama Kampung Hidroponik. Padahal itu daerah panas, dekat laut, butuh air bersih untuk sarapan tanaman hidroponik, sehingga tidak cocok.

"Saat ini kampung tersebut telah diubah sesuai dengan potensi warganya yakni sebagai nelayan, dinamai Kampung Bahari," imbuhnya.

Selain kesalahan nama, aspek promosi juga dinilai kurang. Padahal, penggunaan media sosial sebagai media promosi masih minim, jika adapun kurang dimaksimalkan.

"Mereka punya akun Instagram, Facebook, Twitter, tapi tidak maksimal. Digital marketing penting, antara konten dan caption harus bisa berinteraksi dengan follower, foto-foto harus menarik mengambil sudut angel kampung tersebut," imbuhnya.

AYO BACA : Tradisi Unik SMKN Jateng: Bangun Sebelum Subuh Hingga Habiskan Makanan Temannya

Meski demikian, ada juga kampung tematik yang berhasil. Dalam penelitiannya mencontohkan Kampung Tematik Jajan Pasar yang ada di Kelurahan Gajahmungkur. Menurutnya, masyarakat di wilayah tersebut memahami dan meyakini jajan pasar, misal sudah tahu jenis jajan pasar dengan sistem promosi, koordinasi, dan produksi. Ada juga tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk menggerakan.

Bersama rekan dosen sepenelitiannya, Devi Purnamasari, hasil penelitian itu akan dibawa ke Pemerintah Kota Semarang. Sebagai bahan kajian masukan bagi program kampung tematik di tahun depan. 

Hasil penelitian itu juga pernah dipaparkan  pada forum Konferensi Asian Business and Economic International di Korea pada 25-29 April 2019 lalu. Outputnya  bahwa penelitian itu sebagai prototipe place branding kampung tematik bagi negara lain.

Devi Purnamasari menegaskan, kampung tematik jangan sampai hanya menjadi pajangan saja. Namun harus bisa berdampak pada lingkungan dan meningkatkan perekonomian masyarakat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Abdul Arif

Tags

Rekomendasi

Terkini

X