Akan tetapi, selepas Nyai Murtadho dan keluarganya wafat, pondok pesantren itu kian sepi pengunjung, hingga bangunan pun roboh pada 1971 silam.
Kini di Kampung Sumbulan hanya tersisa empat rumah permanen. Ada yang terlihat masih kokoh, dan dua rumah lagi sudah tertutup ilalang.
Satu-satunya bangunan yang masih berdiri tegak adalah Masjid Sumbulan yang masih dilengkapi dengan beduk di depannya.
Menurut salah satu eks warga kampung, mesjid tersebut merupakan peninggalan pondok pesantren yang pernah didirikan.
Baca Juga: 5 Arti Burung Perkutut Bunyi di Malam Hari, Salah Satunya Pertanda Akan Ada Musibah?
Sampai pada akhir tahun 2016, Kampung Sumbulan benar-benar kosong tanpa adanya penghuni.
Menurut penuturan warga yang tinggal di kampung sebelah, penduduk Kampung Sumbulan memilih pergi meninggalkan daerahnya karena akses jalan yang sulit.
Tak hanya akses jalan begitu sulit, warga juga merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari selama tinggal di sana.
Akses yang sulit menuju perkampungan serta tempat lainnya semakin didukung dengan banyaknya sungai yang mengitari Kampung Sumbulan ini.
Baca Juga: 4 Kampus yang Terkenal Horor di Indonesia, Cerita Hantunya Bikin Bulu Kuduk Merinding!
Setelah menyebrang sungai pun, warga masih harus melewati jalan tanah yang menanjak.
Meskipun Kampung Sumbulan ini sudah menjadi Kampung mati tak berpenghuni, pada saat Hari Raya, mereka shalat Idul Fitri di masjid itu.
Dan ada pula beberapa warga asli Kampung Sumbulan juga berkumpul untuk menjenguk kampung halamannya.
Itulah kisah dari Kampung Sumbulan yang sudah menjadi kampung mati, dan disebut-sebut mirip Desa Penari.(*)