AYOSEMARANG.COM -- Situs peninggalan kerajaan-kerajaan di masa lalu salah satunya adalah candi. Banyak candi yang tersebar di Pulau Jawa.
Salah satunya ada berlokasikan di kaki Gunung Welirang. Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Singasari yang memiliki arsitektur unik yaitu perpaduan Hindu dan Budha yang terlihat pada bentuk candi yang berlaku Siwa dan berpundak Budha.
Candi ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Kertanegara, raja terakhir Kerajaan Singasari yang berkuasa antara tahun 1269-1292.Candi bernama Candi Jawi. Candi Jawi merupakan candi yang dibangun sekitar abad ke-13 dan merupakan peninggalan bersejarah
Hindu-Buddha Kerajaan Singosari yang terletak di kaki Gunung Welirang.
Terletak di Desa Candiwates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, candi ini diduga sebagai salah satu pendharmaan atau tempat penyimpanan abu jenazah Raja Kertanegara.
Dirangkum AyoSemarang.com dari berbagai sumber, Dalam kitab Negarakertagama pupuh 56 disebutkan bahwa Candi Jawi didirikan atas perintah raja terakhir Kerajaan Singasari, Kertanegara, untuk tempat beribadah bagi umat beragama Syiwa-Buddha. Raja Kertanegara adalah seorang penganut ajaran Syiwa Buddha. Selain sebagai tempat ibadah, Candi Jawi juga merupakan tempat penyimpanan abu jenazah Kertanegara.
Hal ini dapat dikatakan agak mengherankan, karena letak Candi Jawi yang cukup jauh dari pusat Kerajaan Singasari. Hal ini pun disebabkan karena rakyat di daerah ini sangat setia kepada raja dan banyak yang menganut ajaran Syiwa-Buddha.
Dugaan itu didasarkan pada kenyataan bahwa saat Raden Wijaya, menantu Raja Kertanegara, melarikan diri setelah Kertanegara dijatuhkan oleh Raja Jayakatwang dari Gelang-gelang (daerah Kediri), ia sempat bersembunyi di daerah ini, sebelum akhirnya mengungsi ke Madura.
Konon, Candi Jawi diduga sebagai tempat pemujaan atau tempat peribadatan, namun sebenarnya merupakan tempat pendharmaan atau penyimpanan abu dari raja terakhir Singasari, Kertanegara.
Candi Jawi berdiri di atas lahan seluas 40 x 60 meter persegi dan dikelilingi oleh pagar bata setinggi 2 meter. Bangunan candi ini dikelilingi oleh parut yang banyak dihiasi oleh bunga teratai. Bentuk candi berkaki Syiwa dan berpundak Buddha dengan ketinggian sekitar 24,5 meter dengan panjang 14,2 m setra lebar 9,5 m.
Bangunan Candi Jawi berdiri di atas batur setinggi 2 meter, yang dihiasi pahatan relief tentang kisah seorang pertapa perempuan. Tangga naik menuju pintu candi tidak terlalu lebar, di mana pipi kiri dan kanan tangga dihiasi dengan pahatan yang rumit. Bingkai pintu Candi Jawi polos tanpa pahatan, tetapi di atas ambang pintu hingga dasar atap terdapat pahatan kalamakara lengkap dengan sepasang taring, rahang bawah dan hiasan di rambutnya. Di dekat pintu terdapat relung kecil untuk meletakkan arca, sedangkan di sekeliling tubuh candi terdapat selasar cukup lebar. Dinding luar tubuh candi dihiasi relief.
Sayangnya, relief tersebut belum terbaca karena pahatannya terlalu tipis dan kurangnya informasi pendukung.
Ruangan di dalam tubuh candi saat ini dalam keadaan kosong. Diduga, dulunya banyak arca dewa dalam kepercayaan Hindu Syiwa yang melengkapi candi. Akan tetapi arca-arca tersebut kini sudah tak ada lagi di Candi Jawi, sebagian dipindahkan ke museum untuk diamankan dan sebagian telah hilang.
Candi peninggalan Kerajaan Singasari ini memiliki banyak keunikan. Perpaduan arsitektur Hindu Dan Buddha terlihat pada bentuk candi yang berkaki Syiwa dan berundak Buddha. Bentuk keseluruhan Candi Jawi ini tinggi ramping seperti Candi Prambanan di Jawa Tengah, dengan atap berbentuk perpaduan antara stupa dan kubus bersusun yang semakin meruncing pada puncaknya.
Keunikan lainnya ada pada bahan penyusun candi, yang terdiri batu putih dan gelap. Dari kaku sampai selasar diabangun menggunakan batu berwarna gelap, tubuh candi menggunakan batu putih, smentara atap candi disusun dari perpaduan batu berwarna gelap dan putih. Kombinasi batu menimbulkan dugaan bahwa Candi Jawi dibangun selama dua periode.