SEMARANG, AYOSEMARANG.COM -Merespon kehebohan yang muncul di masyarakat terkait perkataan Gus Miftah terhadap pedagang es teh, peneliti bahasa dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang menekuni penelitian tentang humor, Rahmat Petuguran, menjelaskan duduk persoalan.
Rahmat menjelaskan bahwa perkataan Gus Miftah terhadap seorang penjual es teh tampaknya dimaksudkan sebagai humor yang digunakan untuk candaan. Canda biasanya digunakan untuk membuat suasana perbincangan menjadi lebih santai.
Namun, humor sifat ambigu pada humor membuatnya tidak bisa memiliki fungsi tunggal. Humor selalu bisa diinterpetasikan dalam dua cara yaitu cara normatif dan cara alternatif. Interpretasi normatif bersifat literal sedangkan interpretasi alternatif cenderung bersifat menyimpang.
"Sifat ambigu itulah yang membuat interpretasi humor bisa sangat beragam. Satu pihak memahami sebagai candaan untuk membangun suasana lebih rileks, tetapi pihak lain memahaminya sebagai olok-olok yang bersifat agresif," jelasnya, Rabu 4 Desember 2024.
Menurutnya faktor yang sangat mempengaruhi fungsi sosial humor adalah formasi sosial ketika humor digunakan. Formasi sosial terkait jenis hubungan pengguna humor, penikmat humor, dan sasaran humor.
Dalam relasi internal, yaitu formasi ketika ketiga pihak itu dalam satu grup, humor cenderung mengakrabkan. Dalam situasi itu bentuk olok-olok yang agresif bisa diterima untuk mempererat ikatan sosial.
"Ketika pengguna humor dan penikmat humor berada dalam satu grup tetapi sasaran humor berada di luar kelompok, humor mempererat pengguna dan penikmat humor namun membuat jarak dengan etnik sasaran menjadi jauh."
Dalam candaan yang diujarkan Gus Miftah, Menurut Rahmat, formasi sosial yang terbentuk adalah formasi antargrup. Maksudnya, Gus Miftah sebagai pengguna humor dan penjual es teh sebagai sasaran berada di kelompok yang berbeda dan cenderung tidak setara.
"Sebagai penceramah Gus Miftah adalah pihak yang superior, memiliki semua sumber daya sosial dan simbolik yang membuatnya berada di posisi atas. Adapun penjual es teh berada dalam posisi inferior karena tidak memiliki ketokohan, tidak memegang kendali pembicaraan, dan bahkan anonym," jelasnya.
Formasi outgrup itulah yang membuat candaan Gus Miftah tampak seperti serangan yang cenderung agresif. Terlebih, Gus Miftah menggunakan kata-kata yang secara semantik bermakna kasar, yaitu “goblok”.
Dalam riset terhadap humor yang dilakukan Rahmat, humor yang digunakan di masyarakat sangat beragam.
Ia menjelaskan sebagai humor, candaan Gus Miftah merupakan kategori humor perbincangan (conversational humor) khususnya olok-olok. Salah satu ciri olok-olok adalah isinya yang cenderung kasar karena terkait dengan kekurangan sasaran humornya.
Namun, sebagai bentuk humor perbincangan, interpretasi terhadap ucapan Gus Miftah sangat terikat dengan konteks ketika humor tersebut digunakan. Ketika direproduksi, misalnya dikutip ulang atau disiarkan ulang melalui media sosial, maknanya cenderung berubah karena konteksnya berubah. Oleh karena itu, pihak yang paling paham makna humor adalah orang-orang yang hadir dalam acara.
Rahmat menjelaskan bahwa humor bentuk wacana yang sangat baik untuk menunjang berbagai tujuan komunikasi.