“Saat ini sangat tidak ada pemasukan karena iklim dan salah satunya penambangan, sampai banyak nelayan yang menjual barang alat nelayan dan rumah. Jadi kalau tidak bisa melaut kita hanya membetulkan alat nelayan dan perahu, itu makanan yang udah dibungkusin yang tersedia di bazar siap saji kaya abon ikan dan lainnya, demi untuk melanjutkan kehidupan kami,” jelas Tri dengan matanya yang berkaca-kaca.
Namun demikian Tri menyebutkan adanya kegiatan festival dan peningkatan kapasitas dari KIARA dia dan kelompok perempuan lainnya membangun koperasi pengolahan hasil laut, perempuan di desanya menjadi penjaga utama ketahanan pangan laut.
"Ketika laki-laki berhenti melaut, kami tidak tinggal diam. Kami membangun koperasi dan memproduksi pangan berbasis laut untuk bertahan. Ini adalah bukti bahwa perempuan adalah penjaga ketahanan pangan laut," ungkapnya.
Dalam sesi tanya jawab, peserta mengangkat isu pemasaran hasil tangkapan yang tidak berpihak pada nelayan kecil. Banyak nelayan terjebak dalam relasi kuasa dengan bandar ikan, yang menyebabkan pendapatan mereka jauh di bawah potensi sebenarnya.
Erwin menanggapi dengan menyerukan perlunya reformasi pasar lokal yang lebih adil. "Sistem pangan laut kita membutuhkan keadilan, baik di tingkat produksi maupun distribusi. Semua pihak harus bekerja sama untuk membangun ekosistem yang mendukung nelayan kecil," pungkasnya.
Diskusi dalam talkshow ini menggarisbawahi kompleksitas sistem pangan laut Indonesia. Namun, melalui kolaborasi, inovasi, dan pemberdayaan komunitas, ada peluang besar untuk mengubah sistem yang timpang menjadi lebih adil dan berkelanjutan.
Selain talkshow, Festival Bahari juga menghadirkan Pameran Bazar Pangan Laut yang menyuguhkan produk olahan dari desa-desa pesisir terdampak krisis iklim di Jawa Tengah, seperti Gempolsewu, Timbulsloko, Morodemak, Purworejo, Balong, Bandungharjo, dan Karimunjawa. Produk seperti abon ikan dari Kendal, terasi khas Jepara, dan keripik rumput laut dari Demak, dijajakn dalam pameran ini. Produkproduk ini mencerminkan kreativitas masyarakat pesisir dalam menghadapi tantanganperubahan iklim. ***