HLM Jawa Tengah 2025: Sinergi TPID, TP2DD dan KERIS Jateng dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

photo author
- Kamis, 13 Februari 2025 | 17:26 WIB
BI Jateng saat menggelar HLM yang dihadiri oleh PJ Gubernur Jateng Nana Sudjana dan berbagai pejabat lain. (BI Jateng)
BI Jateng saat menggelar HLM yang dihadiri oleh PJ Gubernur Jateng Nana Sudjana dan berbagai pejabat lain. (BI Jateng)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah menggelar High Level Meeting (HLM) yang dihadiri oleh Pj. Gubernur Provinsi Jawa Tengah beserta seluruh Kepala Daerah di Jawa Tengah, anggota Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD), serta Koridor Ekonomi, Perdagangan, Investasi, dan Pariwisata (KERIS) Jawa Tengah.

Dengan mengusung tema “Sinergi Mendorong Pertumbuhan Ekonomi melalui Stabilisasi Harga, Investasi dan Digitalisasi Transaksi Keuangan Daerah 2025”, pertemuan strategis ini menegaskan pentingnya kolaborasi erat antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan guna merumuskan kebijakan untuk menjaga stabilitas harga, mendorong peningkatan investasi, serta mempercepat digitalisasi khususnya untuk segmen pemerintah.

Sinergi kebijakan ini menjadi kunci dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, sekaligus memperkuat daya saing Jawa Tengah di kancah nasional maupun global.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra menyampaikan bahwa sinergi bauran kebijakan nasional perlu ditingkatkan guna memitigasi dampak negatif risiko global dan meningkatkan kinerja perekonomian.

Baca Juga: Kelasnya Sultan, 5 Jurusan dengan Biaya Kuliah Terkenal Mahal

Rahmat memaparkan kondisi inflasi di Jawa Tengah per Januari 2025 yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,46% (mtm) atau 1,28% (yoy) dipengaruhi oleh kebijakan diskon tarif listrik bagi rumah tangga kecil.

"Namun, kenaikan harga beras masih menjadi tantangan utama, mengingat Jawa Tengah merupakan salah satu produsen beras terbesar di Indonesia. Beras cukup sering menjadi komoditas yang termasuk dalam 10 besar penyumbang inflasi di Jawa Tengah tahun 2018-2024," ungkapnya.

Beberapa kendala struktural seperti alih fungsi lahan dan rendahnya adopsi teknologi pertanian turut memengaruhi pasokan beras di Jawa Tengah.

Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dan Luas Lahan Tanam (LLT) serta memperkuat peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam mengelola rantai pasok pangan agar lebih efisien.

Lebih lanjut, Rahmat turut menyampaikan perihal pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang masih berkisar pada 5% dan perlu didorong agar mencapai target 8% pada 2029.

Baca Juga: Pemprov Jateng Mulai Identifikasi Potensi Pendapatan Asli Daerah Hingga 2029

Oleh karena itu, penguatan strategi investasi berfokus pada sektor prioritas, seperti pertanian dan industri pengolahan.

KERIS Jateng menargetkan optimalisasi promosi investasi, perluasan basis investor, dan peningkatan kualitas proyek investasi melalui kerja sama dengan universitas dan sektor swasta.

"Di sisi kebijakan makroprudensial, insentif likuiditas akan diarahkan untuk sektor-sektor yang berkontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja," ungkapnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB
X