Waspadai Leptospirosis, Jangan Buang Bangkai Tikus Sembarangan

photo author
- Jumat, 14 Februari 2025 | 20:05 WIB
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jateng Irma Makiah. Irma mengimbau masyarakat agar tidak membuang bangkai tikus sembarangan. (Humas Jateng)
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jateng Irma Makiah. Irma mengimbau masyarakat agar tidak membuang bangkai tikus sembarangan. (Humas Jateng)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Musim hujan dengan banyaknya genangan di mana-mana, membuat masyarakat mesti lebih mewaspadai penyakit leptospirosis. Terlebih, awal 2025 ini, tercatat 61 kasus yang disebabkan bakteri leptospira, dengan penyebaran salah satunya melalui kencing tikus.

Hal itu dijelaskan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng Irma Makiah, saat ditemui di kantornya, Kamis (13/2/2025). Menurutnya, ada beberapa cara penularan leptospirosis pertama melalui kontak langsung kulit terluka dengan urin hewan pembawa bakteri leptospira.

Kedua kontak antara kulit dengan air (genangan) dan tanah yang terkontaminasi urin hewan pembawa bakteri. Selanjutnya, mengonsumsi makanan yang terkontaminasi urin tikus yang membawa bakteri leptospira.

"Bilamana tikus kencing di air, atau makanan, lalu air tersebut terkena luka atau mata. Bisa juga lewat mengonsumsi makanan yang terkena urin tikus, orang tersebut bisa terinfeksi leptospirosis," ujarnya.

Baca Juga: Maling Tengil Ban Mobil di Semarang Akhirnya Diciduk Polisi: Niat Bawa Batako Buat Ganjal, Butuh Waktu 45 Menit

Jika terinfeksi, orang yang tertular menunjukan beberapa gejala. Seperti demam, nyeri di badan, nyeri di betis, mata merah, gejala kekuningan pada badan, hingga gagal ginjal yang bisa berdampak pada kematian.

Oleh karenanya, jika seseorang berada di wilayah dengan koloni tikus, mengalami gejala, segera datangi fasillitas kesehatan. Karena, pada tahap awal leptospirosis sangat mudah dideteksi dan bisa diobati, dengan berobat di Puskesmas, klinik ataupun rumah sakit.

Ia menyebutkan, penularan leptospirosis rentan terjadi pada lingkungan padat penduduk, persawahan, perkampungan nelayan, atau lingkungan kumuh yang menarik bersarangnya tikus.

Selain itu, potensi penularan juga terjadi di daerah yang rawan banjir, rob, sungai, dan pada lokasi dengan penanganan sampah yang buruk.

Baca Juga: Realisasi Investasi Kabupaten Kendal Tertinggi di Jateng, KEK Masih jadi Magnet  Investor

"Jadi, bagi bapak dan ibu yang pekerjaannya memang berisiko seperti ke sawah, lingkungannya atau pekerja yang diharuskan turun ke daerah banjir, mohon gunakan alat pelindung diri, seperti sepatu boot. Sebab, jika ada luka sedikit saja, termasuk telapak kaki pecah-pecah, itu bisa berisiko terkena leptospirosis," ungkapnya.

Selain itu, Irma menyarankan untuk mengeliminasi tikus secara benar. Ia mengimbau agar tikus tidak dijerat, yang berpotensi menyebarkan cairan atau darah, yang diduga terinfeksi bakteri. Karena, selain leptospira, tikus dapat membawa 48 bibit penyakit.

Ia juga mengimbau agar tidak membuang bangkai tikus yang tertangkap di jalanan. Hal itu ditakutkan dapat menyebarkan penyakit dan mengotori lingkungan.

"Tangkap dengan kandang jebak, kemudian jemur tikus pada panas matahari hingga mati, siram dengan air panas mendidih atau tenggelamkan dalam wadah sampai mati dan airnya diberi disinfektan," paparnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB
X