Supriyadi menambahkan, kebutuhan bahan bakar alternatif untuk pabrik Semen Gresik mencapai 200 ton per hari dan akan ditingkatkan per-hari. “Kalau Kendal bisa menyediakan 200 ton sampah basah dan ketika kering menjadi 100 ton per hari, ini sudah sangat potensial,” ujarnya. Ia menyebut RDF mampu menghasilkan panas hingga 1300 derajat celcius, sesuai dengan standar proses produksi semen.
Komunikasi antara Semen Gresik dan Pemkab Kendal bukan hal baru, karena sebelumnya juga pernah dilakukan kompensasi untuk lahan pengganti.
“Mengapa Semen Gresik? Karena pabrik kami masih menggunakan batu bara yang masa depannya tidak panjang. Selain itu, energi menempati posisi teratas dalam struktur biaya produksi, bahkan satu sak semen bisa mengandung 40% biaya energi. Maka mencari solusi energi alternatif adalah keniscayaan,” jelas Supriyadi.
Ia berharap realisasi RDF di Kendal bisa menjadi yang tercepat, tanpa tergantung APBD, dan menegaskan komitmen bersama untuk menjadikan Kendal bersih dan hijau.
Sementara terpisah, Bupati Kendal Dyah Kartika Permanasari mengatakan salah satu problem yang dihadapi Kendal saat ini memang sampah. Pemkab Kendal sendiri belum lama ini mengeluarkan program Bersatu Siaga (Bersih Desa Tampung Aspirasi Warga).
Program ini akan dilaksanakan setiap Jum’at, di mana bupati dan stakeholder akan turun langsung ke desa-desa mengajak masyarakat untuk bergotong royong kerja bakti membersihkan desa sekaligus melakukan serap aspirasi kepada masyarakat.
”Semoga dengan MoU antara Pemkab Kendal dengan PT Semen Gresik mampu menyelesaikan permasalahan sampah di Kabupaten Kendal nantinya,” doa Bupati.