“Ini adalah bentuk nyata kolaborasi antara pemerintah provinsi, pemerintah daerah, dan masyarakat. Kita berupaya memangkas kemiskinan dari sektor pendidikan,” ujar Luthfi.
Ia menegaskan, tidak semua orang bisa mengubah garis kemiskinan seketika. Namun, lewat pembiayaan dan beasiswa, anak-anak dari keluarga prasejahtera bisa mengakses pendidikan berkualitas dan menunjukkan prestasi.
Salah satu lulusan, Esa dari Purworejo, anak tunggal dari ibu single parent, diterima di IPB jurusan Proteksi Tanaman.
“Sekarang sedang proses daftar KIP biar bisa lanjut kuliah dengan beasiswa,” katanya.
Baca Juga: Sambut Tahun Baru Islam, 45 Ekor Ingkung dan Kambing Disajikan Jamaah Padang Bulan
Sementara Daffa Aziz Firmansyah dari Cilacap mencuri perhatian. Putra seorang petani yang kini sakit stroke itu diterima di 14 kampus luar negeri, termasuk University of Sydney, Monash University, dan Nanyang Technological University (NTU).
Ibunya, Suwarti, tak menyangka anaknya bisa menembus perguruan tinggi internasional. Ia hanya bisa bersyukur.
Ketua CT Arsa Foundation, Anita Ratnasari Tanjung, menuturkan bahwa sekolah ini lahir dari semangat memutus rantai kemiskinan pasca-tsunami Aceh.
“Cikal bakal kami dari tsunami. Kami menyekolahkan anak-anak Aceh dan Medan. Tahun 2010 kami mulai dirikan sekolah. Sekarang sudah 147 sekolah dan masjid berdiri. CT Arsa ditunjuk sebagai percontohan sekolah rakyat,” jelasnya.