Pusaka Sunan Kalijaga Diarak Keliling Desa, Warga Berebut Gunungan Hasil Bumi

photo author
- Senin, 30 Juni 2025 | 18:32 WIB
Warga berebut gunungan hasil bumi di kirab pusaka Sunan Kalijaga di desa Tunggulsari Brangsong.  (edi prayitno/kontributor Kendal)
Warga berebut gunungan hasil bumi di kirab pusaka Sunan Kalijaga di desa Tunggulsari Brangsong. (edi prayitno/kontributor Kendal)

 

KENDAL,AYOSEMARANG.COM  -   Tradisi penjamasan pusaka milik Sunan Kalijaga  dilestarikan oleh ahli waris di Kendal. Selain mengirab pusaka, juga dilakukan penggantian luwur pasarean atau kain di pemakaman Syekh Bhre Bintoro, yang merupakan keturunan ke tujuh di Desa Tunggulsari Kecamatan Brangsong kabupaten Kendal.

Ikut diarak juga gunungan hasil bumi yang menjadi rebutan warga sekitar. Penjamasan pusaka berupa tongkat yang diberi nama Kanjeng Kyai Jungkat Kaliyetno itu menjadi salah satu agenda utama di bulan muharram atau sura.

Sebelum dijamas,  para ahli waris bersama ratusan warga melakukan kirab budaya keliling desa dengan membawa pusaka tongkat dan kain luwur atau kain penutup makam leluhur.
Tidak lupa dua gunungan hasil bumi juga ikut diarak sebagai wujud rasa syukur atas panen yang berlimpah. Gunungan itu kemudian menjadi rebutan warga,  sebagai wujud kepercayaan untuk meraih keberkahan dari sosok ulama Syekh Bhre Bintoro.

Setelah diarak keliling desa, garis keturunan Syekh Bhre Bintoro memulai prosesi penjamasan pusaka dan penggantian kain luwur di kompleks makam. Proses penjamasan dilakukan secara tertutup dan berlangsung khidmat.

Perwakilan ahli waris, Raden Eko Widodo mengatakan tradisi ini dilakukan tiap tahun sebagai wujud penghormatan kepada leluhur,  sekaligus meraih keberkahan bulan muharram.

“Penjamasan pusaka dan penggantian kain luwur tak sekedar seremonial semata,” katanya.

Namun terdapat nilai-nilai dan ajaran luhur yang diwariskan Sunan Kalijaga sebagai bagian dari lelaku hidup, Raden Eko Widodo mengungkapkan, ajaran sunan Kalijaga masih ia pegang teguh dan terus disyiarkan di masyarakat.

Baca Juga: Puluhan Peluru Aktif Ditemukan dalam Toples Plastik di Kedai Es Teh Wonodri Semarang

“Ajaran ini sebagai wujud penghambaan diri manusia terhadap sang pencipta. Meskipun tergerus zaman namun  ajaran ini akan menjadi tumpuan sekaligus penuntun kehidupan dalam setiap babak kehidupan,” terangnya.

Sementara ahli waris sunan Kalijaga, Raden Hariyanto menuturkan  pihaknya telah merencanakan kompleks makam Syekh Bhre Bintoro sebagai salah satu jujukan wisata religi di kabupaten Kendal.
“Syekh Bhre Bintoro merupakan ulama yang ikut membantu sunan Katong  meneruskan menyebarkan ajaran Islam di Kendal. Syekh Bhre Bintoro diceritakan  sebagai orang pertama yang melakukan babat alas di desa Tunggulsari,”terangnya.
Sesepuh desa, Martijo Siswanto pun mendukung adanya pendirian wisata religi di desanya. Menurutnya,  makam Syekh Bhre Bintoro  selalu ramai dikunjungi peziarah luar desa, terutama ketika malam jumat tiba.

“Setiap malam jumat selalu ramai dikunjungi peziarah, lantaran doa dari Syekh Bhre Bintoro ini dipercaya warga sangat mujarab,” katanya.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: E. Prayitno

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB
X