Kudus Pelopori Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial Sejak Usia Dini

photo author
- Minggu, 27 Juli 2025 | 17:55 WIB
Siswi SD Masehi merancang block coding untuk menyelesaikan labirin. (dok.)
Siswi SD Masehi merancang block coding untuk menyelesaikan labirin. (dok.)

KUDUS, AYOSEMARANG.COM – Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, tampil sebagai pelopor dalam penguatan pendidikan digital dengan mengembangkan pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) sejak jenjang pendidikan anak usia dini. Sejak 2023, ratusan guru dan ribuan siswa PAUD hingga SD/MI telah mengikuti pelatihan berpikir komputasional yang bertujuan menanamkan logika, analisis, dan kesadaran etis sejak dini.

Puncak semangat ini terlihat dalam Festival dan Lomba Berpikir Komputasional yang diikuti lebih dari 250 siswa SD/MI, digelar meriah di Pendopo Kabupaten Kudus pada Minggu (27/7/2025). Anak-anak menunjukkan kreativitas mereka mulai dari merakit robot bertema Sustainable Development Goals (SDGs), membuat animasi dengan block coding di Scratch, hingga memecahkan tantangan "unplugged" seperti menyusun algoritma jalan dan menyelesaikan pola.

Program ini sejalan dengan strategi nasional Kemendikbudristek dalam mendorong penguasaan KKA sebagai bekal masa depan. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, dalam berbagai kesempatan menyebut bahwa penguasaan teknologi ini penting untuk membentuk generasi yang berpikir logis dan etis, sejalan dengan Asta Cita ke-4: memperkuat SDM melalui sains dan teknologi.

Inisiatif berpikir komputasional di Kudus pertama kali digulirkan tahun 2023 lewat kolaborasi antara Bakti Pendidikan Djarum Foundation dan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Kudus. Program ini mencakup pendampingan kepala sekolah dan guru dari 36 satuan PAUD, menjangkau lebih dari 10.300 siswa. Pada 2024, pelatihan diperluas ke 160 guru TK, Kelompok Bermain (KB), SPS, hingga Taman Pengasuhan Anak (TPA). Tak hanya di Kudus, program ini juga dikembangkan di berbagai daerah melalui kerja sama dengan Direktorat Guru PAUD dan Pendidikan Nonformal.

Tak berhenti di PAUD, program ini mulai diperluas ke 11 SD/MI sejak akhir 2024, menjangkau lebih dari 4.900 siswa. Hasilnya menggembirakan—dalam dua bulan, nilai rata-rata siswa kelas 4–6 pada tes BEBRAS (alat ukur keterampilan berpikir komputasional internasional) naik 62% dari skor awal.

Di lapangan, antusiasme siswa begitu terasa. Di SD 2 Barongan, siswa kelas 5 terlihat semangat saat belajar block coding dengan Scratch. Mereka aktif bertanya dan menikmati pengalaman baru. Sementara di MI Muhammadiyah Al Tanbih, siswa kelas 2 belajar matematika dengan metode permainan yang membantu mereka memahami konsep garis dan bangun datar lewat pendekatan abstraksi dan dekomposisi.

Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris, mengapresiasi program ini sebagai langkah strategis dalam membentuk generasi masa depan yang melek teknologi.

“Saya mengapresiasi langkah inovatif berbagai pihak dalam memajukan pendidikan di Kudus. Semoga ini menjadi awal dari gerakan menjadikan Kudus pionir pembelajaran koding dan AI sejak usia dini,” ujarnya.

 

Sementara itu, Primadi H. Serad, Direktur Program Bakti Pendidikan Djarum Foundation, menyampaikan bahwa tujuan utama program ini tak hanya meningkatkan keterampilan teknologi, tetapi juga mendongkrak skor PISA (Programme for International Student Assessment) siswa Kudus.

“Berpikir komputasional melatih literasi, numerasi, sains, dan berpikir kritis—semua kompetensi yang diukur dalam PISA. Kami berharap Kudus bisa sejajar dengan negara-negara maju anggota OECD, tanpa meninggalkan karakter dan keterampilan sosial-emosional,” ungkap Primadi.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB
X