Bupati Kendal ikut Weh-Wehan, dapat Makanan Khas Sumpil dan Enten-enten

photo author
- Kamis, 4 September 2025 | 18:59 WIB
Bupati Kendal Dyah Kartika Permanasari saat ikut weh-wehan di Kampung anyar Desa Krajan Kulon Kaliwungu, Kamis 4 September 2025.   (edi prayitno/kontributor Kendal)
Bupati Kendal Dyah Kartika Permanasari saat ikut weh-wehan di Kampung anyar Desa Krajan Kulon Kaliwungu, Kamis 4 September 2025.   (edi prayitno/kontributor Kendal)

KENDAL,AYOSEMARANG.COM - -  Tradisi unik setiap menyambut bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW atau bulan maulud di Kaliwungu Kendal masih dilestarikan hingga sekarang. Tradisi yang disebut weh-wehan atau ketuwin ini, konon hanya ada di Kaliwungu Kendal Saja.

Sehingga tidak heran Bupati Kendal Dyah Kartika Permanasari ikut weh-wehan di Kampung Anyar Desa Krajan Kulon Kaliwungu Kamis 4 September 2025.

Membawa roti, bupati ikut berkeliling menyambangi satu persatu rumah warga yang menyiapkan makanan aneka macam.

Bupati yang baru kali pertama melihat tradisi ini mengaku bangga, dan  ingin tradisi ini perlu dikembangkan dan terus dilestarikan karena syarat makna.

“Makna yang terlihat dari tradisi weh-wehan ini adalah mengajarkan untuk saling berbagi dan memberi kepada seluruh warga. Selain itu tradisi ini kental dengan konsep silaturahmi antar warga,” terangnya.

Saat weh-wehan ini bupati mendapatkan makanan tradisional khas Kaliwungu yakni sumpil dan ketan enten-enten. Makanan ini sudah sangat jarang ditemukan, dan sering didapat saat tradisi ketuwinan.

Tradisi weh-wehan atau dalam bahasa Indonesia adalah saling memberi, merupakan tradisi yang terus dilestarikan warga Kaliwungu kendal hingga sekarang.

Baca Juga: Kumpulkan Bupati-Wali Kota, Gubernur Ahmad Luthfi Instruksikan 4 Langkah Pulihkan Jateng

Kepala Desa Krajan Kulon Kaliwungu, Abdul Latif mengatakan tradisi ini berawal dari orangtua jaman dahulu menyambut bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

“Awalnya berkembang di desa Krajan Kulon dan kini hampir diseluruh kecamatan Kaliwungu tradisi weh-wehan dikembangkan dan dilestarikan. Warga kaliwungu bahkan menyebutnya lebaran maulud sehingga patut dirayakan sebagai bentuk kebahagiaan menyambut kelahiran Nabi Muhammad,” jelasnya.

Tradisi weh-wehan ini dipopulerkan oleh Mbah Akhmad Rukyat yang merupakan tradisi saling berbagi dan memberi makanan kepada tetangga.

Filosofinya adalah rasa tenggang rasa dan berbagi. Bagi warga Kaliwungu weh-wehan merupakan hari raya pasalnya anak-anak dan orang tua berkeliling kampung membawa makanan untuk dibagikan atau ditukarkan kepada tetangga.

Bagi anak-anak dan remaja tradisi weh-wehan ini paling dinanti karena akan banyak makanan yang didapat.

Baca Juga: PSIS Tidak Tambah Pemain Baru Termasuk Opsi Peminjaman, Target Lolos Super League

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: E. Prayitno

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB
X