Swasembada Pangan dan Energi Masih Jadi PR
Gerakan Rakyat juga menyoroti target ambisius pemerintah dalam mencapai swasembada pangan dan energi. Yusuf memuji langkah Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang optimistis mencapai swasembada beras dalam tiga bulan ke depan. Meski begitu, ia menekankan pentingnya kesejahteraan petani dalam pencapaian tersebut.
"Berdasarkan sensus tahun 2023, mayoritas petani di Indonesia, yaitu 17.248.181 adalah petani gurem dengan kepemilikan lahan kurang dari 0,5 hektar," sebutnya.
Sementara dalam sektor energi, Yusuf menilai capaian pemerintah masih jauh dari target. Lifting minyak nasional yang masih di bawah 1 juta barel per hari disebut belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi minyak dalam negeri.
Sorotan terhadap Kebijakan Ekonomi dan Perombakan Kabinet
Dalam satu tahun masa jabatan, Yusuf juga mencatat bahwa Presiden Prabowo telah melakukan empat kali reshuffle kabinet. Menurutnya, langkah tersebut menunjukkan dinamika politik yang tinggi dan keinginan memperkuat kinerja pemerintahan.
Selain itu, ia menilai publik menaruh perhatian pada gaya kepemimpinan Menteri Keuangan Purbaya Budi Sadewa. Yusuf menyebut, "Langkah ini diharapkan mengalir ke sektor riil perekonomian," ketika menyinggung kebijakan Purbaya yang menempatkan Rp200 triliun dana pemerintah di bank-bank Himbara agar dapat disalurkan sebagai kredit produktif.
Meski begitu, Yusuf menilai kebijakan tersebut belum menyentuh akar masalah ekonomi nasional karena data menunjukkan kelebihan likuiditas di sektor perbankan. “Bank-bank di Indonesia sebenarnya tidak kekurangan likuiditas, bahkan berlebih, dengan sekitar Rp653,4 triliun dana per Agustus 2025 yang mengendap di bank dan belum tersalurkan ke masyarakat,” ujarnya.
Catatan Akhir: Tantangan Efisiensi Ekonomi
Menutup pandangannya, Yusuf menyoroti tantangan besar yang dihadapi ekonomi nasional, terutama dari sisi efisiensi investasi. Ia menilai tingginya Incremental Capital Output Ratio (ICOR) menjadi sinyal bahwa Indonesia masih membutuhkan modal besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Para ahli ekonomi mengatakan dengan angka ICOR yang seperti itu Indonesia butuh Rp3 ribu triliun guna menghasilkan peningkatan 1 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia," pungkas Yusuf.