Kenalkan Tokoh Lokal Kendal, Tokoh Pemuda Tunggulsari Luncurkan Buku Jejak Panji Witono Welang

photo author
- Rabu, 19 November 2025 | 15:09 WIB
Penulis Buku Jejak Panji Witono Welang, Arif Setiawan.  (dokumen)
Penulis Buku Jejak Panji Witono Welang, Arif Setiawan. (dokumen)

KENDAL,AYOSEMARANG.COM – Berangkat dari kegelisahannya melihat minimnya pengetahuan generasi muda tentang tokoh lokal yang memiliki peran besar dalam sejarah perjuangan melawan kolonial.

Tokoh pemuda sekaligus Sekretaris Desa Tunggulsari, Kecamatan Brangsong Kendal, Arif Setiawan menulis sebuah buku yang mengangkat kembali kisah perjuangan Panji Witono.

Panji Witono merupakan seorang pahlawan Nusantara yang jejak hidupnya berakhir di Dusun Welang, Tunggulsari Brangsong Kendal.

"Buku ini saya tulis agar generasi muda tidak tabu akan siapa Raden Pitono atau Panji Witono," kata Arif sembari menunjukan buku berjudul “Jejak Panji Witono Welang: Kisah Sebuah Perjuangan Panji-panji Nusantara 1749–1805”.

Disusun berdasarkan berbagai referensi sejarah, salah satunya Babad Carita Lasem karya Panji Khamzah (1825),  Arif berharap, karyanya menjadi jembatan bagi generasi muda untuk mengenal sejarah sekaligus meneruskan nilai perjuangan para leluhur.

"Harapannya lewat buku ini, anak-anak muda bisa melawan lupa, melek sejarah, serta menjunjung toleransi dan kebhinekaan," tuturnya.

Dalam buku tersebut, Arif menjelaskan bahwa Panji Witono lahir pada 1749 sebagai putra dari Raden Mas Panji Margono, seorang tokoh penting keturunan trah Panji Lasem yang gugur dalam Perang Kuning melawan VOC pada 1750.

Panji Margono dikenal luas dengan nama samaran Tan Pan Ciang atau Encik Macan di dalam Babad Tanah Jawi.

Ia berjuang bersama Raden Ngabehi Widyadiningrat (Oei Ing Kiat) dan Tan Kee Wie. Ketiganya dikenang dalam Kelenteng Gie Yong Bio yang dibangun warga Tionghoa Lasem pada 1780.

Baca Juga: Truk Terguling di Tol Semarang Srondol-Jatingaleh, Lalu Lintas Tersendat Sampai Siang

Sebelum wafat, Panji Margono sempat berpesan agar istrinya mengungsikan bayi mereka, Panji Witono, ke Dukuh Narukan, Dorokandang.  Setelah dewasa, Panji Witono melanjutkan perlawanan ayahnya.

Ia dikenal menentang keras penindasan VOC, termasuk menghabisi antek-antek Belanda yang menguasai tambak udang di Rembang.

Dalam pelariannya dari Rembang melalui jalur laut, Panji Witono sampai di Bandengan, Kendal, lalu bergerak ke selatan menuju wilayah yang saat itu masih berupa hutan belantara.

Ia menetap hingga akhir hayatnya dan dimakamkan di Dusun Welang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: E. Prayitno

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB
X