“Banjir seperti ini sudah sering terjadi. Kalau hujan deras, kami sudah siap-siap. Tapi penanganannya menurut saya belum maksimal, sehingga banjir terus terulang. Bahkan bisa empat sampai lima kali dalam sebulan kalau curah hujan tinggi,” ujar Koko.
Sementara itu, Bupati Kendal Dyah Kartika Permanasari mengakui bahwa Pemerintah Kabupaten Kendal tidak dapat menangani persoalan banjir Sungai Kendal sendirian.
Menurutnya, diperlukan koordinasi dengan pihak terkait, khususnya Pusat Pengendalian Sumber Daya Air (Pusdataru), untuk melakukan normalisasi sungai secara menyeluruh.
Bupati menjelaskan bahwa keterbatasan anggaran pemerintah daerah menjadi salah satu kendala dalam melakukan pekerjaan besar di sepanjang aliran Sungai Kendal. Meski demikian, Pemkab Kendal telah menyiapkan sejumlah mesin pompa air untuk membantu mengurangi genangan di permukiman warga terdampak.
“Kami terus berupaya melakukan penanganan darurat, salah satunya dengan menyiapkan mesin pompa. Ke depan, kami akan berkoordinasi dengan Pusdataru agar normalisasi sungai bisa segera dilakukan,” kata Dyah Kartika Permanasari.
Adapun wilayah yang selama ini menjadi langganan banjir ketika Sungai Kendal meluap meliputi Kelurahan Patukangan, Pegulon, Kalibuntu Wetan, Langenharjo, Kebondalem, Trompo, Sukodono, Balok, hingga Bandengan.
Warga di wilayah tersebut diimbau tetap waspada, mengingat potensi hujan masih tinggi dan luapan sungai dapat kembali terjadi sewaktu-waktu.