BATANG, AYOSEMARANG.COM - Direktur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI, Brigjen Pol R Achmad Nurwakhid, S.E., M.M menjelaskan arti radikal.
Secara etimologi, radikal berasal dari kata latin, radix/radici, yang berarti akar, hal-hal mendasar, atau pemikiran yang fundamental, atau juga bisa bermakna tidak biasanya, jelasnya.
"Maka itu bagus, tapi jangan menjadikan Islam sebagai ideologi di Negara Indonesia karena Islam itu mulia yang enggak ada bandingannya," kata Achmad Nurwakhid saat menjadi narasumber Sarasehan Kebangsaan Bersama Forkopimda di Pendopo Kantor Bupati Batang, Sabtu 25 Februari 2023.
"Tapi ketika Islamisme maka menjadi Islam politik tidak lagi rahmatan lil alamin menjadi rahmatan lil golongan ini awal radikalisme."
"Ekstremisme atau radikalisme dalam terminologi kita yang berkaitan dengan agama ini paham atau ideologi yang dibangun di atas manipulasi dan distorsi agama. Jadi sebenarnya tidak ada kaitannya antara radikal apalagi terorisme apapun enggak ada kaitannya dengan Agama Islam," lanjutnya.
Ia juga menyebutkan bahwa tidak ada satupun agama yang membenarkannya tetapi ada pemahaman yang salah oleh oknum umat beragama dan menyimpang dalam memahami agama.
"Ini biasanya didominasi oleh umat mayoritas di suatu wilayah terorisme seperti di wilayah Papua yang membakar masjid di Tolikara maka pelakunya karena di sana mayoritas Kristen pelakunya adalah oknum yang beragama Kristen.
"Kita bicara terorisme di Myanmar Rohingya di sana ada oknum biksu yang sangat radikal yang sangat rasis yang sangat provokatif sehingga ribuan umat Islam harus eksodus, terusir dari tempat tinggalnya kita bicara terorisme di Irlandia Utara di sana mayoritas Katolik maka para pelakunya adalah oknum yang beragama Katolik.
"Kita bicara terorisme di Sri Lanka ataupun India di sana mayoritas maka pelakunya adalah oknum yang beragama Hindu," jelasnya
Begitu juga di Autralia yang beberapa waktu yang lalu ada ratusan jamaah salat Jumat di New Zealand yang dibrondong dengan senjata otomatis oleh warga negara Australia.
"Pelakunya oknum agamanya Kristen dan mayoritas di sana agama Kristen. Kalau di Indonesia mayoritas agama Islam. Maka semua orang yang kami tangkap kami proses hukum KTP-nya mohon maaf, saya tidak akan mengatakan Islam, KTP-nya muslim kan Islam yang saya yakini dan bapak ibu sebagian besar yang hadiri di sini adalah Islam dan melarang semua itu," ungkapnya.
Dijelaskan bahwa, radikalisme dan teroris terutama yang mengatasnamakan agama khususnya yang mengatasnamakan Islam sejatinya adalah fitnah dan sejatinya adalah musuh agama.